INDRAMAYU — Hujan yang turun dalam beberapa hari terakhir ini menyebabkan proses hasil panen gadu di sejumlah wilayah di lumbung padi Kabupaten Indramayu, terpaksa berhenti. Guyuran hujan dikhawatirkan akan berpengaruh pada kualitas gabah.
“Jelas hasil panen itu harus langsung dikeringkan, tapi kalau basah bisa jadi gabah buluk karena memiliki kadar air yang tinggi, jelas ini berpengaruh pada harga nantinya,” tutur H supata salah seorang petani di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu, Senin (27/10/3025).
Kondisi gabah basah jelasnya, akan berdampak pada kondisi kadar air dalam gabah bahkan bisa gabah buluk atau cukul tokol ( tumbuh akar padi). Untuk menghindari kondisi ini biasanya petani tidak memaksakan proses panen pada kondisi hujan, serta menjaga agar padi tidak menempel di air sebelum proses panen.
“Saat kondisi hujan biasanya petani menunda proses panen menunggu kondisi cuaca terang dan panas sehingga proses panen bisa berlangsung secara normal dan proses pengeringan bisa berjalan lancar,” ungkapnya.
Di kawasan pantura Indramayu proses panen gardu masih berlangsung. Seperti dituturkan Arif Krismayana (34) petani asal Desa Kiajaran Kulon Kec Lohbener Kabupaten Indramayu, saat kondisi turun hujan biasanya petani mengurungkan niat untuk memanen, dan menunggu hingga kondisi matahari terik dan bisa langsung mengeringkan gabah hasil panen.
“Sedangkan untuk mencegah dapuran padi roboh dan menyebabkan padi terendam. Biasanya kami melakukan upaya menegakkan dengan mengikat atau mengapit batang padi agar batang padi tidak terendam, karena kalau terendam bisa busuk atau keluar tunas atau tokol sehingga padi bisa rusak,” tutur dia.
Hingga berita ini diturunkan masih puluhan ribu hektare lahan sawah musim tanam Gadu di Kabupaten Indramayu yang dikenal daerah lumbung padi Jawa Barat, masih belum bisa dipanen.(joe)
Editor: Abdul Gani
