
INDRAMAYU – Musim kemarau yang masih berlangsung di Kabupaten Indramayu mulai menimbulkan dampak serius bagi sektor pertanian. Ratusan hektare sawah di sejumlah kecamatan mengalami kekeringan parah akibat tidak adanya pasokan air.
Kekeringan terparah dilaporkan terjadi di wilayah Kecamatan Widasari dan Tukdana. Di Widasari, sedikitnya 150 hektare sawah terdampak, sedangkan di Tukdana sekitar 100 hektare sawah mengalami kondisi serupa. Tanaman padi yang rata-rata telah berusia lebih dari satu bulan, terancam mati jika dalam sepekan ke depan tak kunjung mendapat air.
Kondisi serupa juga ditemukan di beberapa wilayah lainnya seperti Kecamatan Balongan, Juntinyuat, Karangampel, dan Krangkeng. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyebut keluhan petani terus berdatangan hampir setiap hari.
“Ini menjadi tanda, sejak saat ini harus diantisipasi kemungkinan kekeringan meluas,” tuturnya, Minggu (3/8/2025).
Ia menambahkan, kekeringan kali ini terjadi meskipun musim kemarau masih tergolong awal. Oleh karena itu, KTNA mendorong Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWS Cimancis) untuk mengambil langkah cepat dalam mengantisipasi kekeringan.
“Kami mendorong BBWS agar membuka dan menambah debit air di kawasan yang mulai dilanda kekeringan,” ujarnya.
Selain itu, Sutatang juga mengimbau para petani agar mulai melakukan pemompaan air dari saluran irigasi maupun aliran pembuang sebagai upaya penyelamatan. Ia juga mendesak agar Pemerintah Kabupaten Indramayu dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera menyediakan bantuan peralatan seperti pompa dan pembangunan sumur pantek.
“Indramayu ini daerah strategis sebagai lumbung pangan. Oleh karena itu, Pemkab Indramayu dan Pemprov Jabar harus segera bertindak cepat, mengantisipasi supaya kekeringan tidak meluas,” tegasnya.
Situasi ini menunjukkan perlunya kesiapan lebih dini menghadapi musim kemarau dan menjaga keberlangsungan produksi pangan di wilayah sentra pertanian seperti Indramayu.(Taryam)
Editor: Abdul Gani, SmHk