INDRAMAYU — ♧ PENDAHULUAN: Salah satu kesalahpahaman yang sering muncul dalam diskusi populer adalah anggapan bahwa evolusi kromosom XX–XY menunjukkan bahwa perempuan “muncul lebih dahulu” dibanding laki-laki. Klaim ini biasanya berangkat dari fakta bahwa kromosom Y mengalami penyusutan genetik selama jutaan tahun. Namun, penafsiran tersebut tidak tepat. Penyusutan kromosom Y merupakan fenomena degenerasi genom, bukan bukti bahwa terdapat suatu masa ketika hanya ada “spesies perempuan” tanpa laki-laki.
Dari perspektif genetika, kromosom X dan Y berasal dari sepasang autosom yang sama. Ketika gen SRY muncul pada salah satu kromosom dan rekombinasi berhenti, dimulailah proses divergensi: kromosom Y kehilangan banyak gen, dan kromosom X mempertahankan lebih banyak. Tetapi hal ini terjadi pada populasi nenek moyang mamalia, bukan pada individu tunggal yang kemudian “berubah menjadi perempuan atau laki-laki”. Dengan kata lain, evolusi kromosom adalah peristiwa genomik jangka panjang, bukan evolusi entitas “wanita” lalu disusul “pria”.
♧ LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MUNCUL BERSAMA SEBAGAI SPESIES: Dalam biologi evolusioner, spesies tidak pernah muncul sebagai satu individu, tetapi sebagai populasi yang terdiri atas banyak individu yang membawa ragam variasi genetik. Karena itu, ketika Homo sapiens muncul sekitar 300.000 tahun lalu, sistem reproduksi seksual yang terdiri dari jantan dan betina sudah lengkap dan berfungsi.
Tidak ada bukti fosil, genetik, ataupun model evolusi yang menunjukkan fase “Homo sapiens perempuan saja” atau fase ketika manusia bereproduksi tanpa jenis kelamin jantan. Justru evolusi menunjukkan bahwa reproduksi seksual bersifat ko-evolutif: laki-laki dan perempuan berevolusi bersama, saling melengkapi dalam satu populasi.
Kesalahpahaman bahwa perempuan lebih dulu muncul sering bersumber dari penyederhanaan berlebihan: menganggap bahwa kromosom X identik dengan “perempuan”, dan kromosom Y identik dengan “laki-laki”. Padahal, kromosom X dimiliki oleh kedua jenis kelamin, dan sistem XX–XY hanyalah salah satu dari banyak mekanisme penentuan jenis kelamin di alam. Karena itu, menjadikan evolusi kromosom sebagai bukti urutan kemunculan jenis kelamin merupakan kekeliruan metodologis.
♧ KEMAJUAN BIOTEKNOLOGI: GAMBARAN “DARI DIRI YANG SAMA ”: Dalam perkembangan terbaru biologi sel, ilmuwan berhasil menciptakan blastoid—struktur mirip embrio yang dihasilkan tanpa sperma maupun ovum. Blastoid terbentuk dari sel tubuh biasa yang direprogram menjadi sel pluripoten, lalu mengorganisasi diri menjadi struktur mirip blastokista: ada bakal plasenta, bakal embrio, dan cikal bakal jaringan reproduksi.
Fenomena ini tidak menciptakan manusia, tetapi menunjukkan bahwa satu entitas biologis dapat terdiferensiasi menjadi dua jalur perkembangan yang berbeda, tanpa membutuhkan dua orang tua. Penemuan ini bukan “bukti penciptaan Adam–Hawa”, tetapi memperlihatkan bahwa konsep biologis tentang dua bentuk manusia dari satu sumber awal bukan hal yang mustahil. Ilmu pengetahuan modern justru membuka cara baru memahami kemungkinan mekanisme yang sesuai dengan deskripsi Al-Qur’an.
♧ PERSPEKTIF WAHYU: “DARI DIRI YANG SATU ”: Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan “dari diri yang satu, dan dari diri itu Allah menciptakan pasangannya” (QS 4:1). Ayat ini tidak berbicara tentang tulang rusuk secara literal, dan tidak menggambarkan anatomi tertentu. Ia berbicara tentang asal eksistensi yang tunggal, lalu dipisahkan dan dibedakan menjadi dua manusia berpasangan.
Teknologi blastoid tidak dapat menjelaskan penciptaan Adam dan Hawa secara langsung, tetapi menunjukkan kemungkinan biologis bahwa satu sumber sel dapat berkembang menjadi dua struktur manusia. Sementara itu, wahyu menjelaskan aspek ontologis dan eksistensial yang tidak dapat dicapai sains. Dengan demikian, sains dan wahyu tidak perlu dipertentangkan; keduanya berbicara pada level penjelasan yang berbeda.
♧ BATAS SAINS => MENIRU STRUKTUR, BUKAN MENGHIDUPKAN: Terlepas dari kemajuan bioteknologi, blastoid tetap bukan manusia. Ia tidak memiliki ruh, tidak bisa berkembang menjadi janin, tidak dapat hidup, dan tidak memiliki kesadaran. Ia hanya model biologis, bukan organisme utuh. Sains dapat meniru struktur, tetapi tidak dapat menciptakan keberadaan.
Dalam bahasa sederhana:
manusia dapat membuat bentuknya, tetapi Allah-lah yang memberi hidupnya.
Karena itu, upaya menggunakan eksperimen seperti blastoid untuk menolak atau membenarkan narasi keagamaan adalah salah arah. Sains mempelajari mekanisme; wahyu berbicara tentang tujuan dan asal eksistensi.
♧ SIMPULAN: Dari sudut pandang biologi evolusi, genetika, maupun teologi Islam, tidak ada dasar untuk menyatakan bahwa perempuan muncul lebih dahulu sebagai spesies. Evolusi kromosom tidak identik dengan evolusi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan muncul bersama sebagai bagian dari satu populasi Homo sapiens. Di sisi lain, temuan bioteknologi modern seperti blastoid memberikan gambaran bahwa diferensiasi dari satu sumber sel ke dua bentuk manusia bukan hal yang mustahil secara biologis. Ini selaras—tanpa harus diidentikkan—dengan konsep Al-Qur’an tentang penciptaan manusia dari “diri yang satu”.
AKHIR KALAM: والله اعلم بالصواب
