INDRAMAYU — PERTANYAAN
Apakah mahasiswa hukum boleh memberikan jasa konsultasi hukum kepada orang lain? Jika tidak diperbolehkan hukum, apa sanksi pidananya? Lalu, bagaimana hukumnya jika seseorang mengaku sebagai advokat padahal belum diangkat menjadi advokat?
Atas penjelasannya diucapkan terimakasih, untuk ubklawyers dan paralegalnya semoga semakin bijak, cerdas, dan sukses. Aamiin..
Prasetyo – Mahasiswa Unpam
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
“INTISARI JAWABAN”
【ℑ𝔩𝔪𝔲 ℌ𝔲𝔨𝔲𝔪】
𝔖𝔢𝔠𝔞𝔯𝔞 𝔥𝔦𝔰𝔱𝔬𝔯𝔦𝔰, 𝔰𝔢𝔱𝔦𝔞𝔭 𝔬𝔯𝔞𝔫𝔤 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔫𝔤𝔞𝔧𝔞 𝔪𝔢𝔫𝔧𝔞𝔩𝔞𝔫𝔨𝔞𝔫 𝔭𝔢𝔨𝔢𝔯𝔧𝔞𝔞𝔫 𝔭𝔯𝔬𝔣𝔢𝔰𝔦 𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱 𝔡𝔞𝔫 𝔟𝔢𝔯𝔱𝔦𝔫𝔡𝔞𝔨 𝔰𝔢𝔬𝔩𝔞𝔥-𝔬𝔩𝔞𝔥 𝔰𝔢𝔟𝔞𝔤𝔞𝔦 𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱 𝔡𝔞𝔭𝔞𝔱 𝔡𝔦𝔨𝔢𝔫𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔰𝔞𝔫𝔨𝔰𝔦 𝔭𝔦𝔡𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔢𝔟𝔞𝔤𝔞𝔦𝔪𝔞𝔫𝔞 𝔡𝔦𝔞𝔱𝔲𝔯 𝔡𝔞𝔩𝔞𝔪 𝔓𝔞𝔰𝔞𝔩 31 𝔘𝔘 𝔄𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱.
𝔑𝔞𝔪𝔲𝔫 𝔡𝔞𝔩𝔞𝔪 𝔭𝔢𝔯𝔨𝔢𝔪𝔟𝔞𝔫𝔤𝔞𝔫𝔫𝔶𝔞, 𝔪𝔢𝔩𝔞𝔩𝔲𝔦 𝔓𝔲𝔱𝔲𝔰𝔞𝔫 𝔐𝔎 𝔑𝔬.006/𝔓𝔘𝔘-ℑℑ/2024, 𝔓𝔞𝔰𝔞𝔩 31 𝔘𝔘 𝔄𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱 𝔱𝔢𝔩𝔞𝔥 𝔡𝔦𝔠𝔞𝔟𝔲𝔱 𝔡𝔞𝔫 𝔡𝔦𝔫𝔶𝔞𝔱𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔱𝔦𝔡𝔞𝔨 𝔪𝔢𝔪𝔭𝔲𝔫𝔶𝔞𝔦 𝔨𝔢𝔨𝔲𝔞𝔱𝔞𝔫 𝔥𝔲𝔨𝔲𝔪 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔪𝔢𝔫𝔤𝔦𝔨𝔞𝔱. 𝔏𝔞𝔫𝔱𝔞𝔰, 𝔞𝔭𝔞𝔨𝔞𝔥 𝔞𝔯𝔱𝔦𝔫𝔶𝔞 𝔪𝔞𝔥𝔞𝔰𝔦𝔰𝔴𝔞 𝔟𝔬𝔩𝔢𝔥 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔢𝔯𝔦𝔨𝔞𝔫 𝔨𝔬𝔫𝔰𝔲𝔩𝔱𝔞𝔰𝔦 𝔥𝔲𝔨𝔲𝔪 𝔡𝔞𝔫 𝔟𝔢𝔯𝔱𝔦𝔫𝔡𝔞𝔨 𝔰𝔢𝔬𝔩𝔞𝔥-𝔬𝔩𝔞𝔥 𝔰𝔢𝔟𝔞𝔤𝔞𝔦 𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱? 𝔏𝔞𝔩𝔲, 𝔞𝔭𝔞 𝔰𝔞𝔫𝔨𝔰𝔦 𝔧𝔦𝔨𝔞 𝔰𝔢𝔰𝔢𝔬𝔯𝔞𝔫𝔤 𝔪𝔢𝔫𝔤𝔞𝔨𝔲 𝔰𝔢𝔟𝔞𝔤𝔞𝔦 𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱 𝔭𝔞𝔡𝔞𝔥𝔞𝔩 𝔟𝔢𝔩𝔲𝔪 𝔡𝔦𝔞𝔫𝔤𝔨𝔞𝔱 𝔪𝔢𝔫𝔧𝔞𝔡𝔦 𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱?
𝔓𝔢𝔫𝔧𝔢𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔩𝔢𝔟𝔦𝔥 𝔩𝔞𝔫𝔧𝔲𝔱 𝔡𝔞𝔭𝔞𝔱 𝔄𝔫𝔡𝔞 𝔟𝔞𝔠𝔞 𝔲𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔡𝔦 𝔟𝔞𝔴𝔞𝔥 𝔦𝔫𝔦.
Artikel ini dibuat berdasarkan KUHP lama dan UU 1/2023 tentang KUHP yang diundangkan pada tanggal 2 Januari 2023.
Pengertian Jasa Hukum dan Advokat
Sebelum menjawab pertanyaan Anda, sebaiknya kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan konsultasi hukum. Merujuk pada UU Advokat, konsultasi hukum termasuk ke dalam jasa hukum yang diberikan oleh advokat, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) UU Advokat yang berbunyi:
- J͟a͟s͟a͟ H͟u͟k͟u͟m͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ j͟a͟s͟a͟ y͟a͟n͟g͟ d͟i͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ A͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ b͟e͟r͟u͟p͟a͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟s͟u͟l͟t͟a͟s͟i͟ h͟͟u͟͟k͟͟u͟͟m͟͟, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.
Kemudian, yang dimaksud dengan advokat adalah o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟p͟r͟o͟f͟e͟s͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ j͟a͟s͟a͟ h͟͟u͟͟k͟͟u͟͟m͟͟, b͟a͟i͟k͟ d͟i͟d͟a͟l͟a͟m͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ d͟i͟l͟u͟a͟r͟ p͟e͟n͟g͟a͟d͟i͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟e͟n͟u͟h͟i͟ p͟e͟r͟s͟y͟a͟r͟a͟t͟a͟n͟ b͟e͟r͟d͟a͟s͟a͟r͟k͟a͟n͟ k͟e͟t͟e͟n͟t͟u͟a͟n͟ U͟U͟ A͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟.[¹]
Lebih lanjut, p͟e͟r͟s͟y͟a͟r͟a͟t͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ h͟a͟r͟u͟s͟ d͟i͟p͟e͟n͟u͟h͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟a͟n͟g͟k͟a͟t͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ a͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ adalah sebagai berikut:[²]
a. warga negara
Republik Indonesia;
b. bertempat tinggal di
Indonesia;
c. tidak berstatus
sebagai pegawai
negeri atau pejabat
negara;
d. berusia
sekurang-kurangnya
25 tahun;
e. berijazah sarjana
yang berlatar
belakang pendidikan
tinggi hukum dan
setelah mengikuti
Pendidikan Khusus
Profesi Advokat
(“PKPA”) yang
dilaksanakan oleh
Organisasi Advokat;
[³]
f. lulus ujian yang
diadakan oleh
Organisasi Advokat;
g. magang
sekurang-kurangnya
2 tahun terus
menerus pada
kantor Advokat;
h. tidak pernah
dipidana karena
melakukan tindak
pidana kejahatan
yang diancam
dengan pidana
penjara 5 tahun atau
lebih;
i. berperilaku baik, jujur,
bertanggung jawab,
adil, dan mempunyai
integritas yang
tinggi.
Berdasarkan ketentuan di atas, mahasiswa hukum yang belum diangkat menjadi advokat sudah seharusnya tidak dapat memberikan konsultasi hukum. Secara historis, s͟e͟t͟i͟a͟p͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟e͟n͟g͟a͟j͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟l͟a͟n͟k͟a͟n͟ p͟e͟k͟e͟r͟j͟a͟a͟n͟ p͟r͟o͟f͟e͟s͟i͟ a͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ d͟a͟n͟ b͟e͟r͟t͟i͟n͟d͟a͟k͟ s͟e͟o͟l͟a͟h͟-o͟l͟a͟h͟ s͟e͟b͟a͟g͟a͟i͟ a͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟k͟e͟n͟a͟k͟a͟n͟ s͟a͟n͟k͟s͟i͟ pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp50 juta sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU Advokat.
Namun dalam perkembangannya, k͟e͟t͟e͟n͟t͟u͟a͟n͟ P͟a͟s͟a͟l͟ 31 U͟U͟ A͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ s͟u͟d͟a͟h͟ d͟i͟n͟y͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟ t͟i͟d͟a͟k͟ m͟e͟m͟p͟u͟n͟y͟a͟i͟ k͟e͟k͟u͟a͟t͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟n͟g͟i͟k͟a͟t͟ sebagaimana diputus oleh Mahkamah Konstitusi dalam Putusan MK No. 006/PUU-II/2004. Guna mempermudah pemahaman Anda, berikut kami uraikan pertimbangan putusan tersebut:
- Pasal 31 UU Advokat bukan hanya mengakibatkan tidak memungkinkan lagi berperannya lembaga-lembaga sejenis Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum di lingkungan kampus yang memberikan bantuan dan pelayanan hukum kepada masyarakat yang kurang mampu. Ketentuan dalam Pasal 31 UU Advokat juga dapat mengancam setiap orang yang hanya bermaksud memberikan penjelasan mengenai suatu persoalan hukum. Sehingga, jika seseorang yang memberi penjelasan hukum menerima pemberian yang tidak dimaksudkan sebagai honorarium oleh pihak yang memberi, dapat dituduh telah melakukan perbuatan “bertindak seolah-olah sebagai advokat” dan karenanya diancam dengan pidana yang sedemikian berat (hal. 16);
- Menurut Pasal 28F UUD 1945, memilih sumber informasi yang dipandang tepat dan terpercaya adalah hak semua orang. Di lain sisi, Pasal 31 UU Advokat jo. Pasal 1 angka 1 UU Advokat membatasi kebebasan seseorang untuk memilih sumber informasi, karena seseorang yang melakukan konsultasi hukum di luar pengadilan hanya dibenarkan apabila sumber informasi tersebut adalah seorang advokat. Sehingga, jika seseorang bukan advokat memberikan informasi hukum, ia berpotensi diancam pidana berdasarkan Pasal 31 UU Advokat (hal. 16);
- Sebagai undang-undang yang mengatur profesi, seharusnya UU Advokat tidak boleh dimaksudkan sebagai sarana legalisasi dan legitimasi bahwa yang boleh tampil di depan pengadilan hanya advokat, karena hal tersebut harus diatur dalam hukum acara, padahal hukum acara yang berlaku saat ini tidak atau belum mewajibkan pihak-pihak yang berperkara untuk tampil dengan menggunakan pengacara (verplichte procureurstelling). Oleh karena tidak atau belum adanya kewajiban demikian menurut hukum acara, maka pihak lain di luar advokat tidak boleh dilarang untuk tampil mewakili pihak yang berperkara di depan pengadilan (hal. 16).
Menurut hemat kami, dengan adanya putusan MK yang mencabut ketentuan Pasal 31 UU Advokat, m͟a͟k͟a͟ p͟u͟t͟u͟s͟a͟n͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟ b͟a͟g͟i͟ k͟a͟l͟a͟n͟g͟a͟n͟ n͟o͟n͟-a͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ u͟n͟t͟u͟k͟ d͟a͟p͟a͟t͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟s͟u͟l͟t͟a͟s͟i͟ h͟u͟k͟u͟m͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟͟a͟͟s͟͟y͟͟a͟͟r͟͟a͟͟k͟͟a͟͟t͟͟. Lantas, apakah mahasiswa boleh memberikan konsultasi hukum? Berikut ulasannya.
Apakah Mahasiswa Boleh memberikan Konsultasi Hukum?
Menjawab pertanyaan Anda, UU Bantuan Hukum telah m͟e͟n͟g͟a͟t͟u͟r͟ k͟e͟i͟k͟u͟t͟s͟e͟r͟t͟a͟a͟n͟ M͟a͟h͟a͟s͟i͟s͟w͟a͟ H͟u͟k͟u͟m͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟k͟e͟i͟n͟g͟i͟n͟a͟n͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ K͟o͟n͟s͟u͟l͟t͟a͟s͟i͟ H͟͟͟u͟͟͟k͟͟͟u͟͟͟m͟͟͟ secara langsung kepada masyarakat. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UU Bantuan Hukum, p͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ b͟a͟n͟t͟u͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ y͟a͟n͟g͟ d͟a͟l͟a͟m͟ h͟͟a͟͟l͟͟ i͟n͟i͟ L͟e͟m͟b͟a͟g͟a͟ B͟a͟n͟t͟u͟a͟n͟ H͟u͟k͟u͟m͟ (“L͟B͟H͟”) a͟t͟a͟u͟ o͟r͟g͟a͟n͟i͟s͟a͟s͟i͟ k͟e͟m͟a͟s͟y͟a͟r͟a͟k͟a͟t͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ l͟a͟y͟a͟n͟a͟n͟ b͟a͟n͟t͟u͟a͟n͟ h͟͟͟u͟͟͟k͟͟͟u͟͟͟m͟͟͟, b͟e͟r͟h͟a͟k͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟r͟e͟k͟r͟u͟t͟ A͟͟d͟͟v͟͟o͟͟k͟͟a͟͟t͟͟, P͟͟a͟͟r͟͟a͟͟l͟͟e͟͟g͟͟a͟͟l͟͟, D͟͟o͟͟s͟͟e͟͟n͟͟, d͟a͟n͟ M͟a͟h͟a͟s͟i͟s͟w͟a͟ F͟a͟k͟u͟l͟t͟a͟s͟ H͟͟u͟͟k͟͟u͟͟m͟͟[⁴] u͟n͟t͟u͟k͟ d͟a͟p͟a͟t͟ m͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟n͟g͟g͟a͟r͟a͟k͟a͟n͟ p͟e͟n͟y͟u͟l͟u͟h͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟, k͟o͟n͟s͟u͟l͟t͟a͟s͟i͟ h͟͟u͟͟k͟͟u͟͟m͟͟, d͟a͟n͟ p͟r͟o͟g͟r͟a͟m͟ k͟e͟g͟i͟a͟t͟a͟n͟ l͟a͟i͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟k͟a͟i͟t͟a͟n͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟n͟g͟g͟a͟r͟a͟a͟n͟ b͟a͟n͟t͟u͟a͟n͟ h͟͟u͟͟k͟͟u͟͟m͟͟.[⁵]
Lebih lanjut, dengan bergabung bersama LBH atau organisasi kemasyarakatan berdasarkan UU Bantuan Hukum, m͟a͟h͟a͟s͟i͟s͟w͟a͟ f͟a͟k͟u͟l͟t͟a͟s͟ h͟u͟k͟u͟m͟ j͟u͟g͟a͟ m͟e͟n͟d͟a͟p͟a͟t͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟l͟i͟n͟d͟u͟n͟g͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ b͟a͟i͟k͟ s͟e͟c͟a͟r͟a͟ p͟e͟r͟d͟a͟t͟a͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ p͟i͟d͟a͟n͟a͟ d͟a͟l͟a͟m͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟s͟u͟l͟t͟a͟s͟i͟ h͟u͟k͟u͟m͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟͟a͟͟s͟͟y͟͟a͟͟r͟͟a͟͟k͟͟a͟͟t͟͟, selama pemberian bantuan hukum tersebut dilakukan dengan iktikad baik.[⁶]
Jerat Hukum Advokat Gadungan
Namun, bagaimana hukumnya jika dalam memberikan konsultasi hukum, seseorang tidak beriktikad baik? Sebagai contoh berdasarkan pertanyaan Anda, seseorang mengaku advokat tetapi nyatanya belum diangkat sebagai advokat.
Menurut hemat kami, orang tersebut dapat dijerat dengan pasal tindak pidana penipuan yang diatur dalam KUHP lama yang masih berlaku pada saat artikel ini diterbitkan dan KUHP baru yaitu UU 1/2023 yang mulai berlaku 3 tahun terhitung sejak tanggal diundangkan,[⁷] yakni pada tahun 2026. Berikut adalah masing-masing ulasannya.
Pasal 378 KUHP
- Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
Pasal 492 UU 1/2023
- Setiap Orang yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau kedudukan palsu, menggunakan tipu muslihat atau rangkaian kata bohong, menggerakkan orang supaya menyerahkan suatu Barang, memberi utang, membuat pengakuan utang, atau menghapus piutang, dipidana karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau pidana denda paling banyak kategori V, yaitu Rp500 juta.[⁸]
Jika Orang yang Direkomendasikan Terlibat Pasal Penipuan, terkait pasal penipuan, R. Soesilo dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal.261) menerangkan ada sejumlah unsur-unsur tindak pidana penipuan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. membujuk orang
supaya memberikan
barang, membuat
utang atau
menghapuskan
piutang;
b. maksud
pembujukan itu
ialah: hendak
menguntungkan diri
sendiri atau orang
lain dengan
melawan hak;
c. membujuknya itu
dengan memakai:
- karangan perkataan bohong.
- akal cerdik atau tipu muslihat
- nama palsu atau keadaan palsu.
Namun menurut hemat kami, apabila orang yang mengaku advokat m͟e͟m͟a͟l͟s͟u͟k͟a͟n͟ k͟a͟r͟t͟u͟ A͟͟d͟͟v͟͟o͟͟k͟͟a͟͟t͟͟, maka orang tersebut juga dapat dijerat dengan pasal tindak pidana pemalsuan surat. Tindak pidana pemalsuan surat diatur dalam Pasal 263 KUHP dengan pidana penjara paling lama 6 tahun, dan diatur dalam Pasal 391 UU 1/2023 dengan pidana penjara paling lama 6 tahun atau pidana denda paling banyak kategori VI, yaitu Rp2 miliar.[⁹]
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kita semua terlebih untuk penanya dan Paralegal ubklawyers pada khususnya.
D͟a͟s͟a͟r͟ H͟u͟k͟u͟m͟:
- Undang-Undang Dasar 1945;
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat;
- Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum;
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Artikel ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Konsultasi Hukum oleh Mahasiswa, Bolehkah? yang dibuat oleh Diana Kusumasari, S.H., M.H. yang dipublikasikan pada Sabtu, 16 April 2011. Dipublikasikan kedua oleh “..Hukumonline.com..” dengan judul Konsultasi Hukum oleh Mahasiswa, Memang Boleh? Dan diteruskan oleh ubklawyers pada tanggal 04 Desember 2025M/13 Jumadil Akhir 1447H.
Seluruh Informasi Hukum yang ada di LBH-UMAR BIN KHATTAB disiapkan semata-mata untuk t͟͟͟u͟͟͟j͟͟͟u͟͟͟a͟͟͟n͟͟͟ p͟͟e͟͟n͟͟d͟͟i͟͟d͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟m͟b͟e͟l͟a͟j͟a͟r͟a͟n͟ dan b͟e͟r͟s͟i͟f͟a͟t͟ u͟m͟u͟m͟. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Pengacara, Konsultan Hukum dan/atau Paralegal UBK LAWYERS.
Sedang menghadapi permasalahan hukum? A͟j͟u͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟a͟n͟ melalui email, telepon atau chat.👇🏼
Email:
ubklawyer@gmail.com
Telepon/Chat:
089666552118
Berkenan G͟a͟b͟u͟n͟g͟ G͟r͟o͟u͟p͟, untuk jadi bagian Keluarga Besar UBK LAWYERS. Klik link dibawah.👇🏼
I͟K͟U͟T͟I͟ W͟h͟a͟t͟s͟A͟p͟p͟ C͟h͟a͟n͟n͟e͟l͟ LBH-UMAR BIN KHATTAB. Untuk memperkaya Riset Hukum Anda, klik link dibawah.👇🏼
🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸
#cerdashukum
#studylawtogether
#ubklawyers
