INDRAMAYU — PERTANYAAN
Apakah seseorang yang bukan advokat (sarjana hukum, ekonomi, sosial, dst.) dapat dikatakan bertindak seolah-olah sebagai advokat jika ia memberikan jasa alternatif penyelesaian sengketa? Singkatnya, alternatif penyelesaian sengketa dapat terdiri dari negosiasi, mediasi dan arbitrase. Untuk menjadi negosiator, mediator dan arbiter tidak harus seorang advokat. Lalu, bagaimana jika kita mewakili klien dalam sebuah arbitrase? Apakah kita bertindak seolah-olah sebagai advokat, padahal untuk beracara di BANI juga tidak harus seorang advokat?
Atas penjelasannya diucapkan terimakasih, untuk ubklawyers dan paralegalnya semoga semakin bijak dan cerdas diberbagai hal hukum. Aamiin..
Andry Satria – Tinumpuk City
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
“INTISARI JAWABAN”
【𝔓𝔯𝔬𝔣𝔢𝔰𝔦 ℌ𝔲𝔨𝔲𝔪】
𝔑𝔬𝔫-𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱 𝔡𝔦𝔭𝔢𝔯𝔟𝔬𝔩𝔢𝔥𝔨𝔞𝔫 𝔲𝔫𝔱𝔲𝔨 𝔪𝔢𝔴𝔞𝔨𝔦𝔩𝔦 𝔭𝔞𝔯𝔞 𝔭𝔦𝔥𝔞𝔨 𝔡𝔞𝔩𝔞𝔪 𝔭𝔯𝔬𝔰𝔢𝔰 𝔟𝔢𝔯𝔞𝔠𝔞𝔯𝔞 𝔡𝔦 𝔩𝔢𝔪𝔟𝔞𝔤𝔞 𝔞𝔯𝔟𝔦𝔱𝔯𝔞𝔰𝔢, 𝔟𝔞𝔦𝔨 𝔫𝔞𝔰𝔦𝔬𝔫𝔞𝔩 𝔪𝔞𝔲𝔭𝔲𝔫 𝔦𝔫𝔱𝔢𝔯𝔫𝔞𝔰𝔦𝔬𝔫𝔞𝔩. ℌ𝔞𝔩 𝔦𝔫𝔦 𝔰𝔢𝔰𝔲𝔞𝔦 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔨𝔢𝔱𝔢𝔫𝔱𝔲𝔞𝔫 𝔘𝔘 30/1999, 𝔡𝔞𝔫 𝔓𝔢𝔯𝔞𝔱𝔲𝔯𝔞𝔫 𝔡𝔞𝔫 𝔓𝔯𝔬𝔰𝔢𝔡𝔲𝔯 𝔄𝔯𝔟𝔦𝔱𝔯𝔞𝔰𝔢 2025, 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔱𝔦𝔡𝔞𝔨 𝔪𝔢𝔴𝔞𝔧𝔦𝔟𝔨𝔞𝔫 𝔭𝔢𝔯𝔴𝔞𝔨𝔦𝔩𝔞𝔫 𝔬𝔩𝔢𝔥 𝔞𝔡𝔳𝔬𝔨𝔞𝔱, 𝔰𝔢𝔯𝔱𝔞 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔢𝔯𝔦 𝔨𝔢𝔩𝔢𝔩𝔲𝔞𝔰𝔞𝔞𝔫 𝔨𝔢𝔭𝔞𝔡𝔞 𝔭𝔞𝔯𝔞 𝔭𝔦𝔥𝔞𝔨 𝔲𝔫𝔱𝔲𝔨 𝔪𝔢𝔫𝔲𝔫𝔧𝔲𝔨 𝔰𝔢𝔫𝔡𝔦𝔯𝔦 𝔴𝔞𝔨𝔦𝔩𝔫𝔶𝔞, 𝔱𝔢𝔯𝔪𝔞𝔰𝔲𝔨 𝔲𝔫𝔱𝔲𝔨 𝔟𝔢𝔯𝔞𝔠𝔞𝔯𝔞 𝔰𝔢𝔫𝔡𝔦𝔯𝔦.
𝔎𝔢𝔱𝔢𝔫𝔱𝔲𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔯𝔲𝔭𝔞 𝔧𝔲𝔤𝔞 𝔡𝔦𝔱𝔢𝔯𝔞𝔭𝔨𝔞𝔫 𝔡𝔦 𝔟𝔢𝔯𝔟𝔞𝔤𝔞𝔦 𝔩𝔢𝔪𝔟𝔞𝔤𝔞 𝔞𝔯𝔟𝔦𝔱𝔯𝔞𝔰𝔢 𝔦𝔫𝔱𝔢𝔯𝔫𝔞𝔰𝔦𝔬𝔫𝔞𝔩 𝔰𝔢𝔭𝔢𝔯𝔱𝔦 ℌ𝔎ℑ𝔄ℭ (ℌ𝔬𝔫𝔤 𝔎𝔬𝔫𝔤), 𝔏ℭℑ𝔄 (𝔏𝔬𝔫𝔡𝔬𝔫), 𝔡𝔞𝔫 𝔖ℑ𝔄ℭ (𝔖𝔦𝔫𝔤𝔞𝔭𝔬𝔯𝔢), 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔢𝔯𝔦𝔨𝔞𝔫 𝔣𝔩𝔢𝔨𝔰𝔦𝔟𝔦𝔩𝔦𝔱𝔞𝔰 𝔭𝔢𝔫𝔲𝔥 𝔡𝔞𝔩𝔞𝔪 𝔭𝔢𝔫𝔲𝔫𝔧𝔲𝔨𝔞𝔫 𝔭𝔢𝔯𝔴𝔞𝔨𝔦𝔩𝔞𝔫, 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔰𝔶𝔞𝔯𝔞𝔱 𝔭𝔦𝔥𝔞𝔨 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔦𝔴𝔞𝔨𝔦𝔩𝔨𝔞𝔫 𝔪𝔢𝔪𝔦𝔩𝔦𝔨𝔦 𝔨𝔲𝔞𝔰𝔞 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔰𝔞𝔥.
𝔓𝔢𝔫𝔧𝔢𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔩𝔢𝔟𝔦𝔥 𝔩𝔞𝔫𝔧𝔲𝔱 𝔡𝔞𝔭𝔞𝔱 𝔄𝔫𝔡𝔞 𝔟𝔞𝔠𝔞 𝔲𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔡𝔦 𝔟𝔞𝔴𝔞𝔥 𝔦𝔫𝔦.
ULASAN SELENGKAPNYA;
Terimakasih atas pertanyaan Anda.
Pengertian Arbitrase
Sebelum menjawab inti pertanyaan Anda, perlu diketahui terlebih dahulu apa itu arbitrase. Arbitrase a͟d͟a͟l͟a͟h͟ s͟a͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ b͟e͟n͟t͟u͟k͟ A͟l͟t͟e͟r͟n͟a͟t͟i͟v͟e͟ D͟i͟s͟p͟u͟t͟e͟ R͟e͟s͟o͟l͟u͟t͟i͟o͟n͟ (“A͟͟D͟͟R͟͟”) y͟a͟i͟t͟u͟ m͟e͟t͟o͟d͟e͟ p͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟s͟a͟i͟a͟n͟ s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ d͟i͟ l͟u͟a͟r͟ p͟e͟r͟a͟d͟i͟l͟a͟n͟ u͟͟͟m͟͟͟u͟͟͟m͟͟͟. A͟r͟b͟i͟t͟r͟a͟s͟e͟ s͟e͟n͟d͟i͟r͟i͟ m͟e͟r͟u͟p͟a͟k͟a͟n͟ b͟e͟n͟t͟u͟k͟ p͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟s͟a͟i͟a͟n͟ s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟p͟i͟l͟i͟h͟ s͟e͟c͟a͟r͟a͟ s͟u͟k͟a͟r͟e͟l͟a͟ o͟l͟e͟h͟ p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ d͟i͟d͟a͟s͟a͟r͟k͟a͟n͟ s͟u͟a͟t͟u͟ k͟e͟s͟e͟p͟a͟k͟a͟t͟a͟n͟ p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ d͟i͟t͟u͟a͟n͟g͟k͟a͟n͟ d͟a͟l͟a͟m͟ s͟u͟a͟t͟u͟ p͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟a͟n͟ t͟e͟r͟t͟u͟l͟i͟s͟ (p͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟a͟n͟ a͟͟r͟͟b͟͟i͟͟t͟͟r͟͟a͟͟s͟͟e͟͟) b͟a͟i͟k͟ s͟e͟b͟e͟l͟u͟m͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ t͟i͟m͟b͟u͟l͟n͟y͟a͟ s͟͟e͟͟n͟͟g͟͟k͟͟e͟͟t͟͟a͟͟.
R. Subekti dalam bukunya Arbitrase Perdagangan menyatakan bahwa A͟r͟b͟i͟t͟r͟a͟s͟e͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ p͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟s͟a͟i͟a͟n͟ a͟t͟a͟u͟ p͟e͟m͟u͟t͟u͟s͟a͟n͟ s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ o͟l͟e͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ h͟a͟k͟i͟m͟ a͟t͟a͟u͟ p͟a͟r͟a͟ h͟a͟k͟i͟m͟ b͟e͟r͟d͟a͟s͟a͟r͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟s͟e͟t͟u͟j͟u͟a͟n͟ b͟a͟h͟w͟a͟ p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ a͟k͟a͟n͟ t͟u͟n͟d͟u͟k͟ p͟a͟d͟a͟ a͟t͟a͟u͟ m͟e͟n͟a͟a͟t͟i͟ k͟e͟p͟u͟t͟u͟s͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ d͟i͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ o͟l͟e͟h͟ h͟a͟k͟i͟m͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟i͟l͟i͟h͟ (hal. 1).
Secara yuridis, pengertian arbitrase diatur dalam Pasal 1 angka 1 UU 30/1999, sebagai berikut:
- Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Dengan kata lain, jika para pihak sepakat secara tertulis untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, maka s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟l͟u͟ u͟n͟t͟u͟k͟ d͟i͟b͟a͟w͟a͟ k͟e͟ p͟e͟r͟a͟d͟i͟l͟a͟n͟ u͟͟m͟͟u͟͟m͟͟.
Berbeda dengan peradilan umum, di mana majelis hakim merupakan pihak yang memutus dan memeriksa sengketa, p͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟s͟a͟i͟a͟n͟ s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ m͟e͟l͟a͟l͟u͟i͟ a͟r͟b͟i͟t͟r͟a͟s͟e͟ d͟i͟l͟a͟k͟u͟k͟a͟n͟ o͟l͟e͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ a͟r͟b͟i͟t͟e͟r͟ a͟t͟a͟u͟ m͟a͟j͟e͟l͟i͟s͟ a͟͟r͟͟b͟͟i͟͟t͟͟e͟͟r͟͟, yang dapat dipilih langsung oleh para pihak atau ditunjuk oleh pengadilan negeri oleh lembaga arbitrase.[¹]
Syarat Menjadi Arbiter
Adapun berdasarkan Pasal 12 UU 30/1999, arbiter atau majelis arbiter memiliki ketentuan sebagai berikut:
- Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter harus memenuhi syarat:
a. cakap melakukan
tindakan hukum;
b. berumur paling
rendah 35 tahun;
c. tidak mempunyai
hubungan keluarga
sedarah atau
semenda sampai
dengan derajat
kedua dengan salah
satu pihak
bersengketa;
d. tidak mempunyai
kepentingan
finansial atau
kepentingan lain
atas putusan
arbitrase; dan
e. memiliki
pengalaman serta
menguasai secara
aktif di bidangnya
paling sedikit 15
tahun.
- Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter.
Artinya seorang arbiter tidak harus berlatar belakang hukum, dan seorang profesional non-hukum bisa menjadi seorang arbiter dengan memenuhi syarat-syarat tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa hakim, jaksa, panitera atau pejabat pengadilan tidak dapat diangkat sebagai arbiter.
Kemudian, seorang arbiter atau majelis arbiter melaksanakan pemeriksaan sengketa secara tertutup[²] dan putusan yang dihasilkan dalam proses arbitrase bersifat final dan mengikat.[³] Artinya, s͟u͟a͟t͟u͟ p͟u͟t͟u͟s͟a͟n͟ a͟r͟b͟i͟t͟r͟a͟s͟e͟ t͟i͟d͟a͟k͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟a͟j͟u͟k͟a͟n͟ u͟p͟a͟y͟a͟ h͟u͟k͟u͟m͟ b͟a͟n͟d͟i͟n͟g͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ k͟͟a͟͟s͟͟a͟͟s͟͟i͟͟. P͟u͟t͟u͟s͟a͟n͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ m͟e͟m͟i͟l͟i͟k͟i͟ k͟e͟k͟u͟a͟t͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ t͟e͟t͟a͟p͟ d͟a͟n͟ w͟a͟j͟i͟b͟ d͟i͟l͟a͟k͟s͟a͟n͟a͟k͟a͟n͟ o͟l͟e͟h͟ p͟a͟r͟a͟ p͟͟i͟͟h͟͟a͟͟k͟͟.
Pihak yang Beracara di Lembaga Arbitrase
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU 30/1999, para pihak yang dapat berperkara dalam arbitrase adalah subjek hukum baik menurut hukum perdata maupun hukum publik, yang artinya b͟a͟i͟k͟ i͟n͟d͟i͟v͟i͟d͟u͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ b͟a͟d͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ d͟a͟p͟a͟t͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ p͟i͟h͟a͟k͟ d͟a͟l͟a͟m͟ p͟r͟o͟s͟e͟s͟ a͟͟r͟͟b͟͟i͟͟t͟͟r͟͟a͟͟s͟͟e͟͟.
Para pihak dalam proses arbitrase pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pemohon: pihak
yang mengajukan
permohonan
penyelesaian
sengketa melalui
arbitrase.[⁴]
b. Termohon: pihak
lawan dari pemohon
dalam penyelesaian
sengketa melalui
arbitrase.[⁵]
Di Indonesia, salah satu lembaga arbitrase nasional yang paling dikenal dan sering digunakan untuk menyelesaikan sengketa bisnis atau komersial umum adalah Badan Arbitrase Nasional Indonesia (“BANI”), yaitu le͟m͟b͟a͟g͟a͟ a͟r͟b͟i͟t͟r͟a͟s͟e͟ i͟n͟d͟e͟p͟e͟n͟d͟e͟n͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟n͟g͟g͟a͟r͟a͟k͟a͟n͟ p͟r͟o͟s͟e͟s͟ p͟e͟n͟y͟e͟l͟e͟s͟a͟i͟a͟n͟ s͟e͟n͟g͟k͟e͟t͟a͟ p͟e͟r͟d͟a͟g͟a͟n͟g͟a͟n͟ n͟a͟s͟i͟o͟n͟a͟l͟ d͟a͟n͟ i͟͟n͟͟t͟͟e͟͟r͟͟n͟͟a͟͟t͟͟i͟͟o͟͟n͟͟a͟͟l͟͟, melalui mekanisme arbitrase berdasarkan peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh BANI.
Salah satu aspek dalam proses arbitrase yang diatur oleh BANI adalah mengenai representasi atau perwakilan para pihak dalam beracara, yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan dan Prosedur Arbitrase 2025, sebagai berikut:
- Para pihak dapat diwakili dalam persidangan arbitrase oleh seorang atau lebih yang mereka pilih. Dalam permohonan arbitrase pemohon dan demikian pula dalam jawaban termohon atas permohonan tersebut, masing-masing pihak harus mencantumkan nama, alamat dan keterangan lainnya yang dianggap perlu serta kedudukan setiap orang yang mewakili pihak yang bersengketa dan harus disertai surat kuasa khusus asli bermaterai cukup serta dibuat salinan yang cukup sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1).
Menurut hemat kami, ketentuan dalam BANI juga sejalan dengan ketentuan dalam UU 30/1999, yakni tidak mengatur secara eksplisit adanya kewajiban bagi para pihak yang beracara dalam arbitrase, baik pemohon maupun termohon untuk diwakili oleh seorang advokat.
Dengan demikian, p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ m͟e͟m͟i͟l͟i͟k͟i͟ k͟e͟l͟e͟l͟u͟a͟s͟a͟a͟n͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟i͟l͟i͟h͟ p͟i͟h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟w͟a͟k͟i͟l͟i͟n͟y͟a͟ b͟a͟i͟k͟ a͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ p͟e͟r͟w͟a͟k͟i͟l͟a͟n͟ b͟u͟k͟a͟n͟ a͟͟d͟͟v͟͟o͟͟k͟͟a͟͟t͟͟, s͟e͟p͟a͟n͟j͟a͟n͟g͟ p͟e͟r͟w͟a͟k͟i͟l͟a͟n͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟i͟b͟e͟r͟i͟ k͟u͟a͟s͟a͟ s͟e͟c͟a͟r͟a͟ s͟a͟h͟ dan m͟e͟m͟e͟n͟u͟h͟i͟ p͟͟e͟͟r͟͟s͟͟y͟͟a͟͟r͟͟a͟͟t͟͟a͟͟n͟͟. Para pihak juga dapat memilih untuk beracara sendiri tanpa menunjuk perwakilan dalam proses arbitrase. Artinya, peran advokat dalam proses beracara di arbitrase tidak dapat dikualifikasikan sebagai suatu keharusan yang bersifat imperatif atau mutlak.
Namun demikian, perlu dicatat bahwa terdapat pembatasan khusus apabila pihak yang bersengketa menunjuk seorang penasihat hukum asing, karena berdasarkan Pasal 5 angka 2 Peraturan dan Prosedur BANI Tahun 2025, apabila suatu pihak diwakili oleh penasihat asing atau penasihat hukum asing, maka kehadiran penasihat asing tersebut hanya diberpolehkan dengan syarat didampingi oleh penasihat atau penasihat hukum Indonesia.
Praktik Lembaga Arbitrase Internasional
Setelah membahas ketentuan nasional mengenai perwakilan para pihak dalam proses arbitrase, untuk memberikan perspektif yang lebih luas, berikut adalah beberapa ketentuan dari sejumlah lembaga arbitrase internasional mengenai pihak-pihak yang dapat bertindak sebagai perwakilan dalam proses arbitrase:
- Hong Kong International Arbitration Chamber (“HKIAC”)
Berdasarkan Article 13.7 HKIAC Administered Arbitration Rules, diatur bahwa:
- The parties may be represented by persons of their choice, subject to Articles 13.5 and 13.9. The names, addresses, telephone and, facsimile numbers and/or email addresses of party representatives shall be communicated to all other parties, HKIAC, any emergency arbitrator, and the arbitral tribunal once constituted. The arbitral tribunal, emergency arbitrator or HKIAC may require proof of authority of any party representatives.
- Dalam HKIAC Administered Arbitration Rules, para pihak diberikan kebebasan untuk menunjuk siapa saja sebagai perwakilan dalam proses arbitrase, selama tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Tidak ada batasan terkait profesi perwakilan, dengan catatan bahwa perwakilan tersebut memiliki otoritas yang sah untuk bertindak atas nama pihak yang diwakili. Artinya, pihak yang diwakili harus memberikan kuasa atau mandat resmi kepada orang tersebut agar dapat bertindak dan membuat keputusan selama proses arbitrase berlangsung.
- London Court of International Arbitration (“LCIA”)
Berdasarkan Article 18 LCIA Arbitration Rules, diatur bahwa:
- 18.1 Any party may be represented in the arbitration by one or more authorised representatives appearing by name before the Arbitral Tribunal.
- 18.2 Until the Arbitral Tribunal’s formation, the Registrar may request from any party: (i) written proof of the authority granted by that party to any authorised representative designated in its Request or Response; and (ii) written confirmation of the names, email and postal addresses of all such party’s authorised representatives in the arbitration. After its formation, at any time, the Arbitral Tribunal may order any party to provide similar proof or confirmation in any form it considers appropriate.
- Dalam LCIA Arbitration Rules, setiap pihak memiliki hak untuk menunjuk satu atau lebih perwakilan resmi guna mewakili kepentingannya di hadapan majelis arbitrase. Ketentuan ini secara implisit menegaskan bahwa tidak terdapat persyaratan khusus terkait profesi perwakilan tersebut. Yang menjadi syarat utama adalah keberadaan bukti kuasa tertulis yang sah sebagai dasar kewenangan perwakilan dalam menjalankan tugasnya selama proses arbitrase berlangsung.
- Singapore International Arbitration Center (“SIAC”)
Berdasarkan Article 10 SIAC 2025, diatur bahwa:
- 10.1 A party may be self-represented or represented or assisted by any person of its choice, including legal counsel, advocates, agents, or any other authorised representatives, subject to any applicable law.
- Dalam SIAC 2025 diatur bahwa para pihak yang bersengketa dapat memilih untuk mewakili diri mereka sendiri atau menunjuk perwakilan sesuai dengan pilihan mereka. Perwakilan tersebut dapat berupa penasihat hukum, advokat, agen, atau perwakilan sah lainnya, dengan tetap memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku.
Dengan kata lain, S͟I͟A͟C͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ f͟l͟e͟k͟s͟i͟b͟i͟l͟i͟t͟a͟s͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ d͟a͟l͟a͟m͟ m͟e͟n͟e͟n͟t͟u͟k͟a͟n͟ s͟i͟a͟p͟a͟ y͟a͟n͟g͟ a͟k͟a͟n͟ b͟e͟r͟t͟i͟n͟d͟a͟k͟ s͟e͟b͟a͟g͟a͟i͟ w͟a͟k͟i͟l͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ s͟e͟l͟a͟m͟a͟ p͟r͟o͟s͟e͟s͟ a͟͟r͟͟b͟͟i͟͟t͟͟r͟͟a͟͟s͟͟e͟͟, t͟a͟n͟p͟a͟ a͟d͟a͟n͟y͟a͟ b͟a͟t͟a͟s͟a͟n͟ p͟r͟o͟f͟e͟s͟i͟ a͟t͟a͟u͟ k͟u͟a͟l͟i͟f͟i͟k͟a͟s͟i͟ k͟͟h͟͟u͟͟s͟͟u͟͟s͟͟. Yang menjadi syarat utama adalah perwakilan tersebut memiliki kewenangan yang sah untuk bertindak atas nama pihak yang diwakilinya.
Dengan demikian, berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa praktik perwakilan dalam forum arbitrase internasional pada dasarnya menganut prinsip yang sejalan dengan ketentuan perwakilan dalam arbitrase di Indonesia. L͟e͟m͟b͟a͟g͟a͟-l͟e͟m͟b͟a͟g͟a͟ a͟r͟b͟i͟t͟r͟a͟s͟e͟ i͟n͟t͟e͟r͟n͟a͟s͟i͟o͟n͟a͟l͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ H͟͟K͟͟I͟͟A͟͟C͟͟, L͟͟C͟͟I͟͟A͟͟, d͟a͟n͟ S͟I͟A͟C͟ t͟i͟d͟a͟k͟ m͟e͟n͟s͟y͟a͟r͟a͟t͟k͟a͟n͟ b͟a͟h͟w͟a͟ p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟a͟c͟a͟r͟a͟ h͟a͟r͟u͟s͟ d͟i͟w͟a͟k͟i͟l͟i͟ o͟l͟e͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ A͟͟d͟͟v͟͟o͟͟k͟͟a͟͟t͟͟. Sebaliknya, p͟i͟l͟i͟h͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟e͟n͟a͟i͟ s͟i͟a͟p͟a͟ y͟a͟n͟g͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟w͟a͟k͟i͟l͟i͟ p͟a͟r͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ d͟i͟s͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟n͟u͟h͟n͟y͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟e͟b͟e͟b͟a͟s͟a͟n͟ p͟͟a͟͟r͟͟a͟͟ p͟͟͟i͟͟͟h͟͟͟a͟͟͟k͟͟͟, b͟a͟i͟k͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟u͟n͟j͟u͟k͟ a͟d͟v͟o͟k͟a͟t͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ n͟͟o͟͟n͟͟-a͟͟d͟͟v͟͟o͟͟k͟͟a͟͟t͟͟, s͟e͟p͟a͟n͟j͟a͟n͟g͟ p͟e͟r͟w͟a͟k͟i͟l͟a͟n͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ m͟e͟m͟i͟l͟i͟k͟i͟ k͟e͟w͟e͟n͟a͟n͟g͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ s͟a͟h͟.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kita semua terlebih untuk penanya dan Paralegal ubklawyers pada khususnya.
D͟a͟s͟a͟r͟ H͟u͟k͟u͟m͟:
- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Artikel ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Bolehkah Non-advokat Beracara di Lembaga Arbitrase? yang dibuat oleh Diana Kusumasari, S.H., M.H., dan dipublikasikan pertama kali pada 01 Juli 2011. Dipublikasikan kedua oleh “..Hukumonline.com..” dan diteruskan oleh ubklawyers pada tanggal 06 Desember 2025M/15 Jumadil Akhir 1447H.
Seluruh Informasi Hukum yang ada di LBH-UMAR BIN KHATTAB disiapkan semata-mata untuk t͟͟͟u͟͟͟j͟͟͟u͟͟͟a͟͟͟n͟͟͟ p͟͟e͟͟n͟͟d͟͟i͟͟d͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟m͟b͟e͟l͟a͟j͟a͟r͟a͟n͟ dan b͟e͟r͟s͟i͟f͟a͟t͟ u͟m͟u͟m͟. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Pengacara, Konsultan Hukum dan/atau Paralegal UBK LAWYERS.
Sedang menghadapi permasalahan hukum? A͟j͟u͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟a͟n͟ melalui email, telepon atau chat.👇🏼
Email:
ubklawyer@gmail.com
Telepon/Chat:
089666552118
Berkenan G͟a͟b͟u͟n͟g͟ G͟r͟o͟u͟p͟, untuk jadi bagian Keluarga Besar UBK LAWYERS. Klik link dibawah.👇🏼
I͟K͟U͟T͟I͟ W͟h͟a͟t͟s͟A͟p͟p͟ C͟h͟a͟n͟n͟e͟l͟ LBH-UMAR BIN KHATTAB. Untuk memperkaya Riset Hukum Anda, klik link dibawah.👇🏼
🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸
#cerdashukum
#studylawtogether
#ubklawyers
