INDRAMAYU — Di Hari kedua pasca kejadian yang menimpa 7 mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) yang terseret arus deras saat melakukan kegiatan rafting di Bendungan Karet Bangkir, Kecamatan Lohbener pada Sabtu 9 November 2025 memunculkan berbagai spekulasi soal insiden tersebut.
Salah satu sorotan publik dari dugaan kegiatan rafting tersebut difasilitasi oleh pihak kampus. Dugaan ini mencuat karena perahu karet yang digunakan diketahui berasal dari kampus Polindra.
Taryono (62 tahun), paman dari salah satu korban bernama Lana yang hingga Minggu (9/11/2025) masih belum ditemukan, mempertanyakan tanggung jawab pihak kampus.
“Dari kemarin kita sudah menghubungi pihak kampus tapi belum ada keterangan. Kalau kegiatan ini bukan dari kampus, kenapa perahu karetnya dari kampus? ” ujarnya saat ditemui wartawan di lokasi pencarian korban di Bendungan Karet Bangkir.
Menanggapi hal itu, Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Polindra, Ade Syarif, menegaskan, kegiatan rafting yang dilakukan sejumlah mahasiswa tersebut tidak mendapat izin dari pihak kampus. Bahkan pihaknya pun sudah menelusuri ternyata kegiatan itu di luar izin dari Polindra.
“Setiap kegiatan UKM maupun Ormawa harus melalui izin pembina dan manajemen kampus. Untuk kegiatan ini tidak ada izin resmi,” kata Ade saat ditemui di lokasi pencarian kedua korban yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Bendungan Karet Bangkir.
Ade juga menjelaskan, perahu karet yang digunakan itu sebenarnya merupakan perlengkapan kampus yang diperuntukkan untuk kegiatan tanggap darurat banjir, bukan untuk aktivitas rekreasi seperti rafting.
“Perahu karet itu seharusnya hanya digunakan untuk bantuan saat banjir. Kenapa bisa digunakan untuk kegiatan ini, kami pun kurang paham karena memang tidak ada laporan kegiatan,” jelas dia.
Ade mengaku belum mengetahui secara pasti bagaimana perahu tersebut bisa dibawa keluar dan dibawa oleh para mahasiswa.
“Nah itu, kita pun kurang paham. Karena kegiatannya tidak izin, proses membawa keluar perahu karet dari kampus pun kami tidak tahu,” katanya.
Selain itu, Ade juga mengungkapkan bahwa dari tujuh orang yang terlibat dalam insiden tersebut, satu di antaranya ternyata sudah tidak berstatus sebagai mahasiswa Polindra.
“Dari data yang kami terima, satu orang di antara mereka sudah drop out (DO) dari kampus,” ucapnya.
Atas kejadian tersebut, pihak kampus menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan mengapresiasi seluruh tim SAR gabungan yang terus melakukan pencarian dua mahasiswa yang masih hilang. ” Atas nama Direktur dan seluruh jajaran Polindra, kami menyampaikan turut berduka cita yang mendalam. Semoga kedua korban segera ditemukan dan keluarga diberi kekuatan,” pungkas Ade. (Taryam)
Editor: Abdul Gani
