INDRAMAYU — PERTANYAAN
Saya hendak membangun rumah tinggal dengan menggunakan uang pinjaman bank, kemudian saya memilih (sebut saja A) untuk melaksanakan pembangunan rumah saya tersebut. Saya dan A membuat perjanjian bermeterai dan ada saksi-saksinya.
Di perjanjian tersebut, terdapat beberapa tahapan di mana saya diwajibkan untuk menyetorkan uang kepada A. Uang tersebut telah saya serahkan kepada A. Namun, belum sempat rumah saya dikerjakan, A meninggal dunia terlebih dahulu.
Lantas, apa langkah yang harus saya ambil? Apakah saya bisa meminta uang saya untuk dikembalikan oleh ahli waris dari A atau uang saya musnah? Sedangkan saya berhutang ke bank juga untuk mendapatkan dana tersebut.
Atas penjelasannya diucapkan terimakasih, untuk ubklawyers dan paralegalnya semoga diberikan kemudahan rezeki. Aamiin..
Suherman – Karang Jongkeng
▪︎▪︎▪︎▪︎︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎︎︎︎︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
“INTISARI JAWABAN”
【Hukum Perdata】
𝔓𝔞𝔡𝔞 𝔡𝔞𝔰𝔞𝔯𝔫𝔶𝔞, 𝔪𝔢𝔫𝔦𝔫𝔤𝔤𝔞𝔩𝔫𝔶𝔞 𝔰𝔞𝔩𝔞𝔥 𝔰𝔞𝔱𝔲 𝔭𝔦𝔥𝔞𝔨 𝔡𝔞𝔩𝔞𝔪 𝔭𝔢𝔯𝔧𝔞𝔫𝔧𝔦𝔞𝔫 𝔱𝔦𝔡𝔞𝔨 𝔰𝔢𝔯𝔱𝔞 𝔪𝔢𝔯𝔱𝔞 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔲𝔞𝔱 𝔨𝔢𝔴𝔞𝔧𝔦𝔟𝔞𝔫 𝔭𝔦𝔥𝔞𝔨 𝔱𝔢𝔯𝔰𝔢𝔟𝔲𝔱 𝔥𝔦𝔩𝔞𝔫𝔤 𝔞𝔱𝔞𝔲 𝔱𝔦𝔡𝔞𝔨 𝔭𝔢𝔯𝔩𝔲 𝔡𝔦𝔩𝔞𝔨𝔲𝔨𝔞𝔫. 𝔄𝔥𝔩𝔦 𝔴𝔞𝔯𝔦𝔰 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔫𝔡𝔦𝔯𝔦𝔫𝔶𝔞 𝔨𝔞𝔯𝔢𝔫𝔞 𝔥𝔲𝔨𝔲𝔪 𝔪𝔢𝔪𝔭𝔢𝔯𝔬𝔩𝔢𝔥 𝔥𝔞𝔨 𝔪𝔦𝔩𝔦𝔨 𝔞𝔱𝔞𝔰 𝔰𝔢𝔤𝔞𝔩𝔞 𝔟𝔞𝔯𝔞𝔫𝔤, 𝔰𝔢𝔤𝔞𝔩𝔞 𝔥𝔞𝔨, 𝔡𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔤𝔞𝔩𝔞 𝔭𝔦𝔲𝔱𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔞𝔯𝔦 𝔭𝔢𝔴𝔞𝔯𝔦𝔰, 𝔰𝔢𝔨𝔞𝔩𝔦𝔤𝔲𝔰 𝔟𝔢𝔯𝔨𝔢𝔴𝔞𝔧𝔦𝔟𝔞𝔫 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔞𝔶𝔞𝔯 𝔲𝔱𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔞𝔫 𝔨𝔢𝔴𝔞𝔧𝔦𝔟𝔞𝔫-𝔨𝔢𝔴𝔞𝔧𝔦𝔟𝔞𝔫 𝔭𝔢𝔴𝔞𝔯𝔦𝔰 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔦𝔫𝔞𝔪𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔥𝔞𝔨 𝔰𝔞𝔦𝔰𝔦𝔫𝔢, 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔦𝔞𝔱𝔲𝔯 𝔡𝔞𝔩𝔞𝔪 𝔓𝔞𝔰𝔞𝔩 833 𝔡𝔞𝔫 𝔓𝔞𝔰𝔞𝔩 1100 𝔎𝔘ℌ 𝔓𝔢𝔯𝔡𝔞𝔱𝔞.
𝔓𝔢𝔫𝔧𝔢𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔩𝔢𝔟𝔦𝔥 𝔩𝔞𝔫𝔧𝔲𝔱 𝔡𝔞𝔭𝔞𝔱 𝔄𝔫𝔡𝔞 𝔟𝔞𝔠𝔞 𝔲𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔡𝔦 𝔟𝔞𝔴𝔞𝔥 𝔦𝔫𝔦.
ULASAN SELENGKAPNYA;
Terimakasih atas pertanyaan Anda.
Apa itu Perjanjian?
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, suatu persetujuan (perjanjian) adalah s͟u͟a͟t͟u͟ p͟e͟r͟b͟u͟a͟t͟a͟n͟ d͟i͟ m͟a͟n͟a͟ s͟a͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟ a͟t͟a͟u͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟n͟g͟i͟k͟a͟t͟k͟a͟n͟ d͟i͟r͟i͟ t͟e͟r͟h͟a͟d͟a͟p͟ s͟a͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟ l͟a͟i͟n͟ a͟t͟a͟u͟ l͟͟e͟͟b͟͟i͟͟h͟͟.
R. Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian (hal. 1) menyatakan p͟e͟r͟i͟k͟a͟t͟a͟n͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ p͟e͟r͟h͟u͟b͟u͟n͟g͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ a͟n͟t͟a͟r͟a͟ d͟u͟a͟ o͟r͟a͟n͟g͟ a͟t͟a͟u͟ d͟u͟a͟ p͟͟͟͟i͟͟͟͟h͟͟͟͟a͟͟͟͟k͟͟͟͟, b͟e͟r͟d͟a͟s͟a͟r͟k͟a͟n͟ m͟a͟n͟a͟ p͟i͟h͟a͟k͟ y͟͟a͟͟n͟͟g͟͟ s͟a͟t͟u͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ m͟e͟n͟u͟n͟t͟u͟t͟ s͟e͟s͟u͟a͟t͟u͟ h͟a͟l͟ d͟a͟r͟i͟ p͟i͟h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ l͟͟a͟͟i͟͟n͟͟, d͟a͟n͟ P͟i͟h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ l͟a͟i͟n͟ b͟e͟r͟k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟e͟n͟u͟h͟i͟ t͟u͟n͟t͟u͟t͟a͟n͟ i͟t͟u͟.
Adapun Menurut J. Satrio dalam buku Hukum Perjanjian: Perjanjian Pada Umumnya (hal. 50), perikatan (yang dilahirkan melalui perjanjian) dibedakan menjadi 3 yaitu:
- untuk memberikan sesuatu;
- untuk melakukan/berbuat sesuatu;
- untuk tidak melakukan sesuatu.
Melihat kasus yang Anda tanyakan, perlu diketahui bahwa p͟e͟r͟i͟k͟a͟t͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟j͟a͟d͟i͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ p͟e͟r͟i͟k͟a͟t͟a͟n͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟l͟a͟k͟u͟k͟a͟n͟ s͟͟e͟͟s͟͟u͟͟a͟͟t͟͟u͟͟.
Hapusnya Perikatan
Selanjutnya, menurut Pasal 1381 KUH Perdata, perikatan yang tercipta karena perjanjian dapat berakhir atau hapus karena:
a. pembayaran;
b. penawaran
pembayaran tunai,
diikuti dengan
penyimpanan atau
penitipan;
c. pembaruan utang;
d. perjumpaan utang
atau kompensasi;
e. percampuran utang;
f. pembebasan utang;
g. musnahnya barang
yang terutang;
h. kebatalan atau
pembatalan;
i. berlakunya suatu
syarat pembatalan;
dan
i. lewat waktu.
Melihat ketentuan di atas, meninggalnya salah satu pihak dalam perjanjian tidak serta merta membuat kewajiban pihak tersebut hilang atau tidak perlu dilakukan.
Hak Saisine
Oleh karena itu, Anda dapat membahas masalah ini terlebih dulu kepada para ahli waris dari A. H͟a͟l͟ i͟n͟i͟ d͟i͟k͟a͟r͟e͟n͟a͟k͟a͟n͟ a͟h͟l͟i͟ w͟a͟r͟i͟s͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟e͟n͟d͟i͟r͟i͟n͟y͟a͟ k͟a͟r͟e͟n͟a͟ h͟u͟k͟u͟m͟ m͟e͟m͟p͟e͟r͟o͟l͟e͟h͟ h͟a͟k͟ m͟i͟l͟i͟k͟ a͟t͟a͟s͟ s͟e͟g͟a͟l͟a͟ b͟͟a͟͟r͟͟a͟͟n͟͟g͟͟, s͟e͟g͟a͟l͟a͟ h͟͟a͟͟k͟͟, d͟a͟n͟ s͟e͟g͟a͟l͟a͟ p͟i͟u͟t͟a͟n͟g͟ d͟a͟r͟i͟ p͟͟e͟͟w͟͟a͟͟r͟͟i͟͟s͟͟, s͟e͟k͟a͟l͟i͟g͟u͟s͟ b͟e͟r͟k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟y͟a͟r͟ u͟t͟a͟n͟g͟ d͟a͟n͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟-k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ p͟͟e͟͟w͟͟a͟͟r͟͟i͟͟s͟͟. Adapun hal ini dinamakan hak saisine, yang diatur dalam KUH Perdata sebagai berikut:
Pasal 833 KUH Perdata
- Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak milik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal.
- Bila ada perselisihan tentang siapa yang berhak menjadi ahli waris, dan dengan demikian berhak memperoleh hak milik seperti tersebut di atas, maka Hakim dapat memerintahkan agar semua harta peninggalan itu ditaruh lebih dahulu dalam penyimpanan Pengadilan.
- Negara harus berusaha agar dirinya ditempatkan pada kedudukan besit oleh Hakim, dan berkewajiban untuk memerintahkan penyegelan harta peninggalan itu, dan memerintahkan pembuatan perincian harta itu, dalam bentuk yang ditetapkan untuk penerimaan warisan dengan hak istimewa akan pemerincian harta, dengan ancaman untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga.
Pasal 1100 KUH Perdata
- Para ahli waris yang telah bersedia menerima warisan, harus ikut memikul pembayaran utang, hibah wasiat dan beban-beban lain, seimbang dengan apa yang diterima masing-masing dari warisan itu.
J. Satrio, S.H. dalam buku Hukum Waris (hal. 87) mengatakan bahwa hak saisine adalah hak dari ahli waris untuk tanpa berbuat sesuatu, otomatis atau demi hukum menggantikan kedudukan si pewaris dalam lapangan hukum kekayaan. Hak dan kewajiban pewaris (secara otomatis menjadi hak dan kewajiban ahli waris), sekalipun si ahli waris belum atau tidak mengetahui adanya pewarisan. Sehubungan dengan itu, maka dalam hal adanya suatu hubungan hukum antara dua orang yang telah ditetapkan oleh suatu keputusan pengadilan, maka m͟a͟t͟i͟n͟y͟a͟ s͟a͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ p͟͟i͟͟h͟͟a͟͟k͟͟, t͟i͟d͟a͟k͟ m͟e͟n͟g͟h͟i͟l͟a͟n͟g͟k͟a͟n͟ a͟t͟a͟u͟ m͟e͟m͟b͟a͟t͟a͟l͟k͟a͟n͟ h͟u͟b͟u͟n͟g͟a͟n͟ H͟u͟k͟u͟m͟ t͟͟e͟͟r͟͟s͟͟e͟͟b͟͟u͟͟t͟͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ h͟a͟k͟-h͟a͟k͟ d͟a͟n͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟-k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ h͟u͟k͟u͟m͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ b͟e͟r͟a͟l͟i͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ p͟a͟r͟a͟ a͟h͟l͟i͟ w͟͟a͟͟r͟͟i͟͟s͟͟.
Dalam pengertian lain, h͟a͟k͟ s͟a͟i͟s͟i͟n͟e͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟d͟u͟n͟g͟ a͟r͟t͟i͟ b͟a͟h͟w͟a͟ j͟i͟k͟a͟ s͟e͟s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ m͟e͟n͟i͟n͟g͟g͟a͟l͟ d͟͟u͟͟n͟͟i͟͟a͟͟, m͟a͟k͟a͟ s͟e͟k͟e͟t͟i͟k͟a͟ i͟͟t͟͟u͟͟ p͟u͟l͟a͟ s͟e͟g͟a͟l͟a͟ h͟͟a͟͟k͟͟ d͟a͟n͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟n͟y͟a͟ b͟e͟r͟a͟l͟i͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ a͟h͟l͟i͟ w͟a͟r͟i͟s͟n͟y͟a͟. Tidak diperlukan penyerahan atau perbuatan hukum apapun.[¹]
Adapun jika ahli waris/para ahli waris menolak untuk memberikan kembali uang Anda, Anda dapat menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan perdata atas dasar wanprestasi.
Wanprestasi
J. Satrio dalam buku Hukum Perjanjian: Perjanjian Pada Umumnya, (hal. 122) menjelaskan bahwa terdapat 3 wujud wanprestasi:
- debitur sama sekali tidak berprestasi;
- debitur keliru berprestasi;
- debitur terlambat berprestasi.
Masih bersumber dari buku yang sama, J. Satrio berpendapat bahwa dalam hal perikatan tersebut timbul dari suatu perjanjian timbal balik (sehingga pada kedua belah pihak ada kewajiban prestasi dari yang satu kepada yang lain) maka sebelum kreditur dapat menuntut debitur atas dasar wanprestasi, harus dipenuhi syarat lebih dahulu, yaitu k͟r͟e͟d͟i͟t͟u͟r͟ h͟a͟r͟u͟s͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟e͟n͟u͟h͟i͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟n͟y͟a͟ t͟e͟r͟h͟a͟d͟a͟p͟ l͟a͟w͟a͟n͟ j͟a͟n͟j͟i͟n͟y͟a͟ (hal. 134). Berkaitan dengan kasus Anda, A͟n͟d͟a͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟e͟n͟u͟h͟i͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ a͟n͟d͟a͟, yaitu dengan m͟͟e͟͟n͟͟y͟͟e͟͟r͟͟a͟͟h͟͟k͟͟a͟͟n͟͟ s͟e͟j͟u͟m͟l͟a͟h͟ u͟͟a͟͟n͟͟g͟͟.
Lebih lanjut, akibat yang ditimbulkan dari wanprestasi antara lain:[²]
- Kreditur berhak menuntut penggantian kerugian, yang berupa ongkos-ongkos, kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa debitur baik dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (lihat Pasal 1236 dan Pasal 1243 KUH Perdata).
- Sejak debitur wanprestasi, risiko atas objek perikatan menjadi tanggungan debitur (lihat Pasal 1237 KUH Perdata).
- Kalau perjanjian itu berupa perjanjian timbal balik, maka berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata, kreditur berhak untuk menuntut pembatalan perjanjian, dengan atau tanpa disertai dengan tuntutan ganti rugi.
Contoh Putusan
Sebagai contoh h͟a͟k͟ d͟a͟n͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ p͟e͟w͟a͟r͟i͟s͟ s͟e͟c͟a͟r͟a͟ o͟t͟o͟m͟a͟t͟i͟s͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ h͟a͟k͟ d͟a͟n͟ k͟e͟w͟a͟j͟i͟b͟a͟n͟ a͟h͟l͟i͟ w͟a͟r͟i͟s͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ p͟e͟w͟a͟r͟i͟s͟ m͟e͟n͟i͟n͟g͟g͟a͟l͟ d͟͟u͟͟n͟͟i͟͟a͟͟, dapat dilihat dalam Putusan MA No. 1030 K/Pdt/2007.
Dalam kasus tersebut, almarhum suami penggugat membuat perjanjian di bawah tangan dengan tergugat mengenai jual beli tanah dan rumah. Akan tetapi, hingga almarhum suami penggugat meninggal, tergugat tidak juga melakukan kewajibannya melunasi harga yang telah disepakati. Oleh karena itu, penggugat melayangkan gugatan wanprestasi kepada tergugat. Mahkamah Agung menyatakan tergugat melakukan wanprestasi.
Atas wanprestasi yang dilakukan tergugat, Mahkamah Agung menghukum tergugat untuk mengembalikan tanah dan rumah seutuhnya dan keseluruhannya kepada ahli waris almarhum, dengan ketentuan penggugat harus mengembalikan uang muka yang telah diterima sebesar Rp20 juta kepada tergugat. Kemudian, menghukum tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada penggugat sebesar Rp2 juta rupiah per tahun sampai dengan tergugat menyerahkan tanah dan rumah objek sengketa kepada penggugat.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kita semua terlebih untuk penanya dan Paralegal ubklawyers pada khususnya.
D͟a͟s͟a͟r͟ H͟͟u͟͟k͟͟u͟͟m͟͟:
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
P͟u͟t͟u͟s͟a͟n͟:
- Putusan Mahkamah Agung Nomor 1030 K/Pdt/2007.
R͟͟͟͟e͟͟͟͟f͟͟͟͟e͟͟͟͟r͟͟͟͟e͟͟͟͟n͟͟͟͟s͟͟͟͟i͟͟͟͟:
- J. Satrio. Hukum Waris. Bandung: Alumni, 1992;
- J. Satrio. Hukum Perjanjian: Perjanjian Pada Umumnya. Bandung: Alumni, 1999;
- R. Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa, 1984;
- Rinrin Warisni Pribadi. Tinjauan Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam terhadap Hak Waris Anak dalam Kandungan. Jurnal At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah, Vol. 07, No. 1, 2022.
Artikel ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Akibat Hukum Jika Salah Satu Pihak Dalam Perjanjian Meninggal Dunia, yang dibuat oleh Letezia Tobing, S.H., M.Kn. dan pertama kali dipublikasikan pada 25 September 2014. Dipublikasikan kedua oleh “..Hukumonline.com..” pada tanggal 11 November 2025. Dan diteruskan oleh ubklawyers pada tanggal 16 November 2025M/25 Jumadil Awal 1447H.
Seluruh Informasi Hukum yang ada di LBH-UMAR BIN KHATTAB disiapkan semata-mata untuk t͟͟͟u͟͟͟j͟͟͟u͟͟͟a͟͟͟n͟͟͟ p͟͟e͟͟n͟͟d͟͟i͟͟d͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟m͟b͟e͟l͟a͟j͟a͟r͟a͟n͟ dan b͟e͟r͟s͟i͟f͟a͟t͟ u͟m͟u͟m͟. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Pengacara, Konsultan Hukum dan/atau Paralegal UBK LAWYERS.
Sedang menghadapi permasalahan hukum? A͟j͟u͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟a͟n͟ melalui email, telepon atau chat.👇🏼
Email:
ubklawyer@gmail.com
Telepon/Chat:
089666552118
Berkenan G͟a͟b͟u͟n͟g͟ G͟r͟o͟u͟p͟, untuk jadi bagian Keluarga Besar UBK LAWYERS. Klik link dibawah.👇🏼
I͟K͟U͟T͟I͟ W͟h͟a͟t͟s͟A͟p͟p͟ C͟h͟a͟n͟n͟e͟l͟ LBH-UMAR BIN KHATTAB. Untuk memperkaya Riset Hukum Anda, klik link dibawah.👇🏼
🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸
#cerdashukum
#studylawtogether
#ubklawyers
