INDRAMAYU — PERTANYAAN
Apakah pengurungan/pemasungan orang dengan gangguan kejiwaan yang dilakukan oleh keluargainya sendiri bisa disebut melanggar hak asasi manusia? Atas pencerahannya diucapkan terimakasih, untuk ubklawyers dan paralegalnya semoga diberikan kecerdasan dan akal sehat. Aamiin..
Kusin Wahyu Hidayat-Longok
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
“INTISARI JAWABAN”
【ℌ𝔲𝔨𝔲𝔪 𝔓𝔦𝔡𝔞𝔫𝔞】
𝔖𝔢𝔠𝔞𝔯𝔞 𝔲𝔪𝔲𝔪, 𝔭𝔢𝔫𝔡𝔢𝔯𝔦𝔱𝔞 𝔤𝔞𝔫𝔤𝔤𝔲𝔞𝔫 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔪𝔢𝔪𝔦𝔩𝔦𝔨𝔦 𝔥𝔞𝔨 𝔞𝔰𝔞𝔰𝔦 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔰𝔞𝔪𝔞 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔦𝔫𝔡𝔦𝔳𝔦𝔡𝔲 𝔩𝔞𝔦𝔫𝔫𝔶𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔡𝔦𝔩𝔦𝔫𝔡𝔲𝔫𝔤𝔦 𝔬𝔩𝔢𝔥 𝔥𝔲𝔨𝔲𝔪 𝔡𝔦 ℑ𝔫𝔡𝔬𝔫𝔢𝔰𝔦𝔞. 𝔓𝔢𝔯𝔩𝔦𝔫𝔡𝔲𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔱𝔢𝔯𝔰𝔢𝔟𝔲𝔱 𝔡𝔦𝔧𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔬𝔩𝔢𝔥 𝔘𝔘𝔇 1945, 𝔘𝔘 ℌ𝔄𝔐, 𝔰𝔢𝔯𝔱𝔞 𝔡𝔦𝔭𝔢𝔯𝔨𝔲𝔞𝔱 𝔬𝔩𝔢𝔥 𝔘𝔘 𝔎𝔢𝔰𝔢𝔥𝔞𝔱𝔞𝔫. 𝔅𝔞𝔤𝔞𝔦𝔪𝔞𝔫𝔞 𝔨𝔢𝔱𝔢𝔫𝔱𝔲𝔞𝔫𝔫𝔶𝔞?
𝔓𝔢𝔫𝔧𝔢𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔩𝔢𝔟𝔦𝔥 𝔩𝔞𝔫𝔧𝔲𝔱 𝔡𝔞𝔭𝔞𝔱 𝔄𝔫𝔡𝔞 𝔟𝔞𝔠𝔞 𝔲𝔩𝔞𝔰𝔞𝔫 𝔡𝔦 𝔟𝔞𝔴𝔞𝔥 𝔦𝔫𝔦.
ULASAN SELENGKAPNYA;
Terimakasih atas pertanyaan Anda.
Hak Asasi ODGJ
Pada dasarnya, pertanyaan Anda terkait pemasungan terhadap orang dengan gangguan jiwa (“ODGJ”) sangat berkenaan dengan hak asasi manusia (“HAM”). Oleh karena itu, sebagai dasar hukum utama, kami akan merujuk ketentuan perlindungan HAM dalam konstitusi. Menurut Pasal 28G ayat (2) UUD 1945, s͟e͟t͟i͟a͟p͟ o͟r͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ u͟n͟t͟u͟k͟ b͟e͟b͟a͟s͟ d͟a͟r͟i͟ p͟e͟n͟y͟i͟k͟s͟a͟a͟n͟ a͟t͟a͟u͟ p͟e͟r͟l͟a͟k͟u͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟r͟e͟n͟d͟a͟h͟k͟a͟n͟ d͟e͟r͟a͟j͟a͟t͟ m͟a͟r͟t͟a͟b͟a͟t͟ m͟a͟n͟u͟s͟i͟a͟ d͟a͟n͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ m͟e͟m͟p͟e͟r͟o͟l͟e͟h͟ s͟u͟a͟k͟a͟ p͟o͟l͟i͟t͟i͟k͟ d͟a͟r͟i͟ n͟e͟g͟a͟r͟a͟ l͟͟a͟͟i͟͟n͟͟.
Selain itu, menurut Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, s͟e͟t͟i͟a͟p͟ o͟r͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ h͟i͟d͟u͟p͟ s͟e͟j͟a͟h͟t͟e͟r͟a͟ l͟a͟h͟i͟r͟ d͟a͟n͟ b͟͟a͟͟t͟͟i͟͟n͟͟, b͟e͟r͟t͟e͟m͟p͟a͟t͟ t͟͟i͟͟n͟͟g͟͟g͟͟a͟͟l͟͟, d͟a͟n͟ m͟e͟n͟d͟a͟p͟a͟t͟k͟a͟n͟ l͟i͟n͟g͟k͟u͟n͟g͟a͟n͟ h͟i͟d͟u͟p͟ y͟a͟n͟g͟ b͟a͟i͟k͟ d͟a͟n͟ s͟e͟h͟a͟t͟ s͟e͟r͟t͟a͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ m͟e͟m͟p͟e͟r͟o͟l͟e͟h͟ p͟e͟l͟a͟y͟a͟n͟a͟n͟ k͟͟e͟͟s͟͟e͟͟h͟͟a͟͟t͟͟a͟͟n͟͟.
Kemudian, hal ini juga dipertegas dalam Pasal 33 ayat (1) UU HAM yang menyatakan bahwa:
S͟e͟t͟i͟a͟p͟ o͟r͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ u͟n͟t͟u͟k͟ b͟e͟b͟a͟s͟ d͟a͟r͟i͟ p͟͟e͟͟n͟͟y͟͟i͟͟k͟͟s͟͟a͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟n͟g͟h͟u͟k͟u͟m͟a͟n͟ a͟t͟a͟u͟ p͟e͟r͟l͟a͟k͟u͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ k͟͟e͟͟j͟͟a͟͟m͟͟, t͟i͟d͟a͟k͟ m͟͟a͟͟n͟͟u͟͟s͟͟i͟͟a͟͟w͟͟i͟͟, m͟e͟r͟e͟n͟d͟a͟h͟k͟a͟n͟ d͟e͟r͟a͟j͟a͟t͟ d͟a͟n͟ m͟a͟r͟t͟a͟b͟a͟t͟ k͟͟e͟͟m͟͟a͟͟n͟͟u͟͟s͟͟i͟͟a͟͟a͟͟n͟͟n͟͟y͟͟a͟͟.
Lebih lanjut lagi, berkaitan dengan ODGJ, Pasal 42 UU HAM mengatur mengenai perawatan terhadap orang yang memiliki cacat fisik atau cacat mental sebagai berikut.
- Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dengan adanya berbagai upaya perlindungan terhadap ODGJ atau orang cacat mental sebagaimana dijelaskan di atas, lantas bagaimana hukumnya pemasungan ODGJ oleh anggota keluarga?
Jerat Hukum Pemasungan ODGJ
Perlu dipahami sebelumnya, bahwa selain dilindungi hak-haknya, O͟D͟G͟J͟ a͟t͟a͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟ c͟a͟c͟a͟t͟ m͟e͟n͟t͟a͟l͟ j͟u͟g͟a͟ d͟i͟p͟r͟i͟o͟r͟i͟t͟a͟s͟k͟a͟n͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟d͟a͟p͟a͟t͟k͟a͟n͟ l͟a͟y͟a͟n͟a͟n͟ k͟͟e͟͟s͟͟e͟͟h͟͟a͟͟t͟͟a͟͟n͟͟. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (1) UU Kesehatan sebagai berikut.
- Upaya Kesehatan jiwa diberikan secara proaktif, terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia bagi orang yang berisiko, orang dengan gangguan jiwa, dan masyarakat.
Kemudian, berkaitan dengan pemasungan, perlu diketahui sebelumnya bahwa definisi pemasungan berdasarkan pasal 1 angka 3 Permenkes 54/2017 yaitu segala bentuk pembatasan gerak ODGJ oleh keluarga atau masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebebasan ODGJ, termasuk hilangnya hak atas pelayanan kesehatan untuk membantu pemulihan.
Menurut Pasal 76 ayat (2) UU Kesehatan, s͟e͟t͟i͟a͟p͟ o͟r͟a͟n͟g͟ d͟i͟l͟a͟r͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟a͟k͟u͟k͟a͟n͟ p͟͟e͟͟m͟͟a͟͟s͟͟u͟͟n͟͟g͟͟a͟͟n͟͟, p͟͟e͟͟n͟͟e͟͟l͟͟a͟͟n͟͟t͟͟a͟͟r͟͟a͟͟n͟͟, k͟e͟k͟e͟r͟a͟s͟a͟n͟, dan/atau m͟e͟n͟y͟u͟r͟u͟h͟ o͟r͟a͟n͟g͟ l͟a͟i͟n͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟l͟a͟k͟u͟k͟a͟n͟ p͟͟e͟͟m͟͟a͟͟s͟͟u͟͟n͟͟g͟͟a͟͟n͟͟, p͟͟e͟͟n͟͟e͟͟l͟͟a͟͟n͟͟t͟͟a͟͟r͟͟a͟͟n͟͟, dan/atau k͟e͟k͟e͟r͟a͟s͟a͟n͟ t͟e͟r͟h͟a͟d͟a͟p͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟i͟s͟i͟k͟o͟ a͟t͟a͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ g͟a͟n͟g͟g͟u͟a͟n͟ j͟͟i͟͟w͟͟a͟͟, atau t͟i͟n͟d͟a͟k͟a͟n͟ l͟a͟i͟n͟n͟y͟a͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟a͟n͟g͟g͟a͟r͟ h͟a͟k͟ a͟s͟a͟s͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟i͟s͟i͟k͟o͟ d͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ g͟a͟n͟g͟g͟u͟a͟n͟ j͟͟i͟͟w͟͟a͟͟.
Jika dilanggar, pihak yang bersangkutan dapat dijerat Pasal 434 UU Kesehatan sebagai berikut.
- Setiap Orang yang melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan, dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap penderita gangguan jiwa atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi penderita gangguan jiwa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun 6 bulan atau pidana denda paling banyak Rp10 juta.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan di atas, pada dasarnya O͟D͟G͟J͟ j͟u͟g͟a͟ m͟e͟m͟i͟l͟i͟k͟i͟ h͟a͟k͟ y͟a͟n͟g͟ d͟i͟l͟i͟n͟d͟u͟n͟g͟i͟ o͟l͟e͟h͟ p͟e͟r͟a͟t͟u͟r͟a͟n͟ p͟͟e͟͟r͟͟u͟͟n͟͟d͟͟a͟͟n͟͟g͟͟-u͟͟n͟͟d͟͟a͟͟n͟͟g͟͟a͟͟n͟͟. Oleh karena itu, t͟i͟n͟d͟a͟k͟a͟n͟ p͟e͟m͟a͟s͟u͟n͟g͟a͟n͟ t͟e͟r͟h͟a͟d͟a͟p͟ O͟D͟G͟J͟ m͟e͟r͟u͟p͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟l͟ y͟a͟n͟g͟ d͟͟i͟͟l͟͟a͟͟r͟͟a͟͟n͟͟g͟͟. Jika tetap dilakukan, baik oleh pihak keluarga sekalipun, menurut hemat kami pelakunya tetap dapat dijerat pidana menurut ketentuan di atas.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kita semua terlebih untuk penanya dan Paralegal ubklawyers pada khususnya.
D͟a͟s͟a͟r͟ H͟u͟k͟u͟m͟:
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan;
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan pada Orang dengan Gangguan Jiwa.
Artikel ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Hak Asasi Penderita Gangguan Jiwa yang dibuat oleh Tri Jata Ayu Pramesti, S.H. dan pertama kali dipublikasikan pada 7 Januari 2014. Dipublikasikan kedua oleh “..Hukumonline.com..” dengan judul Hukumnya Memasung Orang dengan Gangguan Jiwa, pada 11 November 2025. Dan diteruskan oleh ubklawyers pada tanggal 25 November 2025M/04 Jumadil Akhir 1447H.
Seluruh Informasi Hukum yang ada di LBH-UMAR BIN KHATTAB disiapkan semata-mata untuk t͟͟͟u͟͟͟j͟͟͟u͟͟͟a͟͟͟n͟͟͟ p͟͟e͟͟n͟͟d͟͟i͟͟d͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟m͟b͟e͟l͟a͟j͟a͟r͟a͟n͟ dan b͟e͟r͟s͟i͟f͟a͟t͟ u͟m͟u͟m͟. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Pengacara, Konsultan Hukum dan/atau Paralegal UBK LAWYERS.
Sedang menghadapi permasalahan hukum? A͟j͟u͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟a͟n͟ melalui email, telepon atau chat.👇🏼
Email:
ubklawyer@gmail.com
Telepon/Chat:
089666552118
Berkenan G͟a͟b͟u͟n͟g͟ G͟r͟o͟u͟p͟, untuk jadi bagian Keluarga Besar UBK LAWYERS. Klik link dibawah.👇🏼
I͟K͟U͟T͟I͟ W͟h͟a͟t͟s͟A͟p͟p͟ C͟h͟a͟n͟n͟e͟l͟ LBH-UMAR BIN KHATTAB. Untuk memperkaya Riset Hukum Anda, klik link dibawah.👇🏼
🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸
#cerdashukum
#studylawtogether
#ubklawyers
