
INDRAMAYU — PERTANYAAN
Mohon penjelasannya tentang:
- Apakah rekaman pembicaraan melalui telepon bisa dijadikan alat bukti untuk mengajukan laporan ke polisi?
- Apakah istri yang sudah menelantarkan anak dan berzinah berhak memperoleh hak asuh anak dan harta gono gini?
- Apakah laporan KDRT di polisi batal jika terjadi perceraian?
Demikian, atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Untuk ubklawyers dan paralegalnya semoga selalu istiqomah dalam menyampaikan kebenaran, semoga Allah SWT selalu memberikan keridhoan. Aamiin..
Kaendi Silalahi – Mekargading
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
ULASAN SELENGKAPNYA;
Terimakasih atas pertanyaan Anda.
(1). Mengenai laporan atau aduan ke polisi, sebenarnya tidak perlu disertai dengan bukti-bukti terlebih dahulu melainkan hanya bersifat laporan baik secara lisan maupun tertulis atas suatu tindak pidana. Namun, p͟a͟d͟a͟ p͟r͟a͟k͟t͟i͟k͟n͟y͟a͟ p͟o͟l͟i͟s͟i͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟ b͟a͟r͟a͟n͟g͟ b͟u͟k͟t͟i͟ y͟a͟n͟g͟ a͟d͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟l͟a͟k͟u͟k͟a͟n͟ p͟e͟n͟y͟e͟l͟i͟d͟i͟k͟a͟n͟ m͟a͟u͟p͟u͟n͟ p͟͟e͟͟n͟͟y͟͟i͟͟d͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟. Dalam hal akan dilakukan penangkapan terhadap tersangka pelaku tindak pidana, kemudian d͟i͟p͟e͟r͟l͟u͟k͟a͟n͟ b͟u͟k͟t͟i͟ p͟e͟r͟m͟u͟l͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ c͟u͟k͟u͟p͟ (lihat Pasal 17 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) yaitu a͟l͟a͟t͟ b͟u͟k͟t͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟d͟u͟g͟a͟ a͟d͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟a͟t͟u͟ t͟i͟n͟d͟a͟k͟ p͟i͟d͟a͟n͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟r͟a͟t͟k͟a͟n͟ a͟d͟a͟ m͟i͟n͟i͟m͟a͟l͟ l͟a͟p͟o͟r͟a͟n͟ p͟o͟l͟i͟s͟i͟ d͟i͟t͟a͟m͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟a͟t͟u͟ a͟l͟a͟t͟ b͟u͟k͟t͟i͟ y͟a͟n͟g͟ s͟a͟h͟ sebagaimana dalam ketentuan Pasal 184 KUHAP.
Mengenai rekaman pembicaraan melalui telepon sebagai barang bukti, sejak diterbitkannya UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”), jenis alat bukti dalam pembuktian perkara pidana lebih diperluas. Alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP hanya terdiri dari k͟e͟t͟e͟r͟a͟n͟g͟a͟n͟ s͟͟a͟͟k͟͟s͟͟i͟͟, k͟e͟t͟e͟r͟a͟n͟g͟a͟n͟ a͟͟h͟͟l͟͟i͟͟, s͟u͟r͟a͟t͟ p͟e͟t͟u͟n͟j͟u͟k͟ d͟a͟n͟ k͟e͟t͟e͟r͟a͟n͟g͟a͟n͟ t͟͟e͟͟r͟͟d͟͟a͟͟k͟͟w͟͟a͟͟. Dengan adanya UU ITE ini s͟e͟g͟a͟l͟a͟ m͟a͟c͟a͟m͟ I͟n͟f͟o͟r͟m͟a͟s͟i͟ E͟l͟e͟k͟t͟r͟o͟n͟i͟k͟ d͟͟a͟͟n͟͟/a͟t͟a͟u͟ d͟o͟k͟u͟m͟e͟n͟ e͟l͟e͟k͟t͟r͟o͟n͟i͟k͟ d͟͟a͟͟n͟͟/a͟t͟a͟u͟ h͟a͟s͟i͟l͟ c͟e͟t͟a͟k͟n͟y͟a͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟j͟a͟d͟i͟k͟a͟n͟ s͟e͟b͟a͟g͟a͟i͟ a͟l͟a͟t͟ b͟u͟k͟t͟i͟ h͟u͟k͟u͟m͟ y͟a͟n͟g͟ s͟͟a͟͟h͟͟, t͟e͟r͟m͟a͟s͟u͟k͟ r͟e͟k͟a͟m͟a͟n͟ p͟e͟m͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟a͟n͟ m͟e͟l͟a͟l͟u͟i͟ t͟e͟l͟e͟p͟o͟n͟ (lihat Pasal 5 UU ITE). Namun, d͟a͟l͟a͟m͟ p͟r͟o͟s͟e͟s͟ p͟e͟m͟b͟u͟k͟t͟i͟a͟n͟n͟y͟a͟ p͟e͟r͟l͟u͟ d͟i͟b͟u͟k͟t͟i͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ j͟a͟u͟h͟ a͟p͟a͟k͟a͟h͟ b͟u͟k͟t͟i͟ r͟e͟k͟a͟m͟a͟n͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ a͟s͟l͟i͟ a͟t͟a͟u͟ h͟a͟s͟i͟l͟ d͟u͟p͟l͟i͟k͟a͟s͟i͟. Menyikapi masalah ini, perlu dilakukan audit atas sistem informasi.
(2). Mengenai hak asuh anak, Farida Prihatini (pengajar hukum Islam di Universitas Indonesia), menilai bahwa sebaiknya h͟a͟k͟ a͟s͟u͟h͟ a͟n͟a͟k͟ d͟i͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ i͟b͟u͟n͟y͟a͟ b͟͟i͟͟l͟͟a͟͟ a͟n͟a͟k͟ b͟e͟l͟u͟m͟ d͟e͟w͟a͟s͟a͟ d͟a͟n͟ b͟e͟l͟u͟m͟ b͟͟a͟͟l͟͟i͟͟g͟͟h͟͟. Karena ibu secara fitrahnya lebih bisa mengatur anak dan lebih telaten mengasuh anak. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 105 Inpres No. 1 Tahun 1991 (Kompilasi Hukum Islam) bahwa a͟n͟a͟k͟ d͟i͟ b͟a͟w͟a͟h͟ 12 t͟a͟h͟u͟n͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ h͟a͟k͟ i͟͟b͟͟u͟͟. Namun, menurut Farida hak asuh anak tersebut juga tidak tertutup kemungkinan diberikan kepada sang ayah kalau ibu tersebut memilki kelakuan yang tidak baik, serta dianggap tidak cakap untuk menjadi seorang ibu terutama dalam mendidik anaknya. Yang diutamakan itu adalah untuk kebaikan si anak.
Jadi, apabila memang sang Ibu terbukti telah berkelakuan tidak baik (misalnya berzinah), pengadilan akan mempertimbangkan hak asuh tersebut untuk diberikan kepada sang Ayah. Namun, s͟e͟m͟u͟a͟n͟y͟a͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟e͟w͟e͟n͟a͟n͟g͟a͟n͟ d͟a͟n͟ p͟e͟r͟t͟i͟m͟b͟a͟n͟g͟a͟n͟ H͟a͟k͟i͟m͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟u͟t͟u͟s͟ p͟e͟r͟k͟a͟r͟a͟ t͟͟e͟͟r͟͟s͟͟e͟͟b͟͟u͟͟t͟͟. Karena menuduh berbuat zina tidak semudah ucapan, diperlukan bukti lengkap, saksi minimal 2 orang dan disumpah melihat sedang bersetebuh.
Sedangkan mengenai h͟a͟r͟t͟a͟ g͟o͟n͟o͟ g͟͟i͟͟n͟͟i͟͟, p͟a͟d͟a͟ p͟r͟i͟n͟s͟i͟p͟n͟y͟a͟ a͟k͟a͟n͟ d͟͟i͟͟b͟͟a͟͟g͟͟i͟͟ d͟u͟a͟ (50:50) a͟n͟t͟a͟r͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟ d͟a͟n͟ i͟s͟t͟r͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟c͟e͟r͟a͟i͟ (lihat Pasal 128 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 97 KHI ). Ketentuan ini diterapkan tentunya dalam hal tidak ada perjanjian perkawinan saat keduanya menikah. Tentunya jika ada perjanjian perkawinan, pembagian harta dilakukan berdasarkan ketentuan dalam perjanjian itu.
Oleh karena itu, w͟a͟l͟a͟u͟p͟u͟n͟ i͟s͟t͟r͟i͟ t͟e͟l͟a͟h͟ b͟͟e͟͟r͟͟z͟͟i͟͟n͟͟a͟͟h͟͟, i͟s͟t͟r͟i͟ a͟k͟a͟n͟ t͟͟͟e͟͟͟t͟͟͟a͟͟͟p͟͟͟ b͟e͟r͟h͟a͟k͟ m͟e͟n͟d͟a͟p͟a͟t͟k͟a͟n͟ b͟a͟g͟i͟a͟n͟ 50% d͟a͟r͟i͟ h͟a͟r͟t͟a͟ b͟e͟r͟s͟a͟m͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ b͟͟e͟͟r͟͟c͟͟e͟͟r͟͟a͟͟i͟͟, kecuali Hakim menentukan l͟a͟i͟n͟.
(3). Pada prinsipnya, p͟e͟r͟c͟e͟r͟a͟i͟a͟n͟ t͟i͟d͟a͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟t͟a͟l͟k͟a͟n͟ l͟a͟p͟o͟r͟a͟n͟ k͟e͟k͟e͟r͟a͟s͟a͟n͟ d͟a͟l͟a͟m͟ r͟u͟m͟a͟h͟ t͟a͟n͟g͟g͟a͟ (K͟͟D͟͟R͟͟T͟͟). Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (“UU KDRT”), K͟D͟R͟T͟ m͟e͟r͟u͟p͟a͟k͟a͟n͟ d͟e͟l͟i͟k͟ l͟a͟p͟o͟r͟a͟n͟ (u͟͟m͟͟u͟͟m͟͟) y͟a͟i͟t͟u͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟l͟a͟p͟o͟r͟k͟a͟n͟ o͟l͟e͟h͟ s͟i͟a͟p͟a͟ s͟a͟j͟a͟ d͟a͟n͟ d͟a͟p͟a͟t͟ d͟i͟p͟r͟o͟s͟e͟s͟ s͟e͟c͟a͟r͟a͟ p͟͟i͟͟d͟͟a͟͟n͟͟a͟͟, t͟e͟r͟p͟i͟s͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ p͟e͟r͟k͟a͟r͟a͟ p͟e͟r͟d͟a͟t͟a͟n͟y͟a͟ (p͟e͟r͟c͟e͟r͟a͟i͟a͟n͟).
Namun, dalam beberapa k͟a͟s͟u͟s͟ K͟D͟R͟T͟ r͟i͟n͟g͟a͟n͟ dan yang berkaitan dengan seksualitas yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan bagi anggota keluarga yang dianiaya untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, p͟e͟r͟b͟u͟a͟t͟a͟n͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟i͟k͟a͟t͟e͟g͟o͟r͟i͟k͟a͟n͟ d͟e͟l͟i͟k͟ a͟d͟u͟a͟n͟ (lihat Pasal 52, Pasal 52, dan Pasal 53 UU KDRT). D͟a͟l͟a͟m͟ h͟a͟l͟ a͟d͟a͟ p͟e͟n͟c͟a͟b͟u͟t͟a͟n͟ a͟͟d͟͟u͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟m͟e͟r͟i͟k͟s͟a͟a͟n͟ p͟e͟r͟k͟a͟r͟a͟ a͟k͟a͟n͟ d͟͟i͟͟h͟͟e͟͟n͟͟t͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kita semua terlebih untuk penanya dan Paralegal ubklawyers pada khususnya.
D͟a͟s͟a͟r͟ H͟u͟k͟u͟m͟:
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847 No. 23).
- Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
- Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
- Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
- Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam.
Artikel ini dibuat oleh Diana Kusumasari. SH, MH, dipublikasikan “..Hukumonline.com..” dengan judul Status Laporan KDRT Pasca-Cerai, pada tanggal 23 Februari 2011. Dan diteruskan oleh ubklawyers pada tanggal 13 Oktober 2025.
Seluruh Informasi Hukum yang ada di LBH-UMAR BIN KHATTAB disiapkan semata-mata untuk t͟͟͟u͟͟͟j͟͟͟u͟͟͟a͟͟͟n͟͟͟ p͟͟e͟͟n͟͟d͟͟i͟͟d͟͟i͟͟k͟͟a͟͟n͟͟, p͟e͟m͟b͟e͟l͟a͟j͟a͟r͟a͟n͟ dan b͟e͟r͟s͟i͟f͟a͟t͟ u͟m͟u͟m͟. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Pengacara, Konsultan Hukum dan/atau Paralegal UBK LAWYERS.
Sedang menghadapi permasalahan hukum? A͟j͟u͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟a͟n͟ melalui email, telepon atau chat.👇🏼
Email:
ubklawyer@gmail.com
Telepon/Chat:
089666552118
Berkenan G͟a͟b͟u͟n͟g͟ G͟r͟o͟u͟p͟, untuk jadi bagian Keluarga Besar UBK LAWYERS. Klik link dibawah.👇🏼
I͟K͟U͟T͟I͟ W͟h͟a͟t͟s͟A͟p͟p͟ C͟h͟a͟n͟n͟e͟l͟ LBH-UMAR BIN KHATTAB. Untuk memperkaya Riset Hukum Anda, klik link dibawah.👇🏼
🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸🇮🇩🇵🇸
#cerdashukum
#studylawtogether
#ubklawyers